Selasa, 29 Desember 2009

Rumah Idaman FIGUR : Els Ramadhinta, dari Jakarta ke Dubai

Rumah Idaman FIGUR : Els Ramadhinta, dari Jakarta ke Dubai


FIGUR : Els Ramadhinta, dari Jakarta ke Dubai

Posted: 09 Dec 2009 10:55 PM PST

Kamis, 10/12/2009 | 13:55 WIB

KOMPAS.com - Els Ramadhinta (30) dalam waktu dekat ini akan melepaskan posisinya sebagai Director of Public Relations Hotel The Ritz-Carlton Jakarta. Kemanakah gerangan Els akan pergi? "Saya mendapat kesempatan untuk belajar dan tumbuh berkembang bersama Ritz-Carlton. Mulai 1 Februari 2010, saya akan menjabat Director of Public Relations Hotel The Ritz-Carlton Dubai," kata Els dalam percakapan dengan Kompas.com belum lama ini.

"Perasaanku  seperti akan melakukan travelling ke tempat yang belum pernah dikunjungi. Ada rasa penasaran, bangga, dan juga termotivasi," kata Els yang lahir di Surabaya, 27 Agustus 1978 itu.

Els bergelut dalam dunia hospitality sejak 10 tahun lalu, mulai dari Hotel Sari Pan Pacific Jakarta, jaringan hotel Grup Accor, sampai jaringan global hotel The Ritz-Carlton.

Aksi terorisme yang menimpa Hotel Ritz-Carlton Jakarta tahun 2009, memberikan pengalaman berharga bagi Els, terutama pengalaman manajemen krisis. "Ritz-Carlton memang perusahaan yang established. Penanganan kasus ini sangat profesional karena sudah ada sistem penanganan darurat. Ritz-Carlton punya toll number emergency. Ada profesional yang khusus ditunjuk mengeluarkan pernyataan resmi, dan semua pimpinan jajaran Ritz-Carlton harus on-call. Di sini team-work sangat baik. Setiap hari karyawan diberi motivasi. Dalam keadaan darurat seperti inilah, terlihat kualitas kepemimpinan GM dan manajemen kami. Dalam sehari, ada dua kali briefing. Dari waiters sampai GM, tak ada yang bilang hotel ini jelek karena masing-masing berusaha bekerja yang terbaik untuk Ritz-Carlton," cerita Els.

Bekerja di Ritz-Carlton memberi keyakinan pada Els bahwa Ritz-Carlton memang hotel terbaik di Indonesia. "Setiap kali aku melakukan travelling dan menginap di hotel lain, aku merasa service yang berbeda. Itu karena setiap hari aku dijejali dengan pengetahuan tentang standar tinggi hotel. Dan itu selalu aku terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi misalnya, mau pulang jam berapa pun pada malam hari, kami tetap harus sudah tiba di hotel pukul 08.00 pagi. Jika terlambat, ada perasaan tidak enak. Para karyawan hotel ini punya perasaan memiliki yang kuat," tandas Els.

Setiap pagi, kata Els, semua karyawan Ritz-Carlton wajib mengikuti morning briefing. Karyawan diwajibkan menulis kisah nyata dan bagaimana upaya mereka membantu tamu hotel. Misalkan ada hak sepatu tamu yang copot, karyawan hotel bertanggung jawab selalu memiliki inisiatif untuk mencari solusi.

"Bahkan pernah terjadi di Singapura, sepatu tamu rusak, karyawan front desk lari ke mal sebelah dan membelikan sepatu pengganti. Ini hanya contoh. Tapi setiap hari topik selalu berganti. Mulai dari keselamatan saat liburan, upaya penyelamatan lingkungan dan penghematan energi, keamanan dan sebagainya. Setiap pagi, semua karyawan Ritz-Carlton di seluruh dunia membahas cerita yang sama. Ini komitmen bersama agar hotel ini menjaga kualitas," ungkap Els.

Yang juga unik, kata Els, setiap karyawan bebas menulis ucapan terima kasih kepada karyawan lainnya, termasuk mengucapkan selamat ulang tahun. Dengan cara inilah, Ritz-Carlton menjaga soliditas karyawan dan menjaga kualitas hotel itu.

"Saya bangga menjadi bagian dari Ritz-Carlton. Seperti apa pekerjaan di Dubai, saya kira tantangannya tetap sama, menjaga kualitas pelayanan kepada para tamu," kata Els Ramadhinta yang bersiap berkemas-kemas meninggalkan Jakarta. 

Five Filters featured article: Chilcot Inquiry. Available tools: PDF Newspaper, Full Text RSS, Term Extraction.

Kamis, 10 Desember 2009

Rumah Idaman FIGUR : Erwin Hawawinata, Arsitek yang Mengglobal

Rumah Idaman FIGUR : Erwin Hawawinata, Arsitek yang Mengglobal


FIGUR : Erwin Hawawinata, Arsitek yang Mengglobal

Posted: 28 Nov 2009 02:06 AM PST

Sabtu, 28/11/2009 | 17:06 WIB

KOMPAS.com - Arsitek Erwin Hawawinata adalah arsitek Indonesia yang karya-karyanya mengglobal. "Saya berharap arsitek Indonesia lebih percaya diri karena karya-karya arsitek Indonesia sebenarnya jauh lebih baik dibandingkan arsitek asing," kata Erwin dalam percakapan dengan Kompas.com di sebuah hotel di kawasan Senayan, Sabtu (28/11) petang.

Arsitek Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung angkatan 1994 ini menilai arsitek Indonesia sesungguhnya lebih kreatif dalam hal desain dan material sampai "finishing". "Sumber daya manusia dan kreativitas arsitek Indonesia lebih unggul," kata Erwin, lulusan SMA Regina Pacis Bogor ini.

Erwin menambahkan, agar arsitek Indonesia mampu bersaing dengan arsitek luar negeri, arsitek lokal harus meningkatkan wawasan, sering melakukan perjalanan, dan mengikuti acara-acara arsitektur agar mengetahui tren dunia yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Selain itu arsitek Indonesia juga harus menguasai ilmu marketing agar dapat menjual ide kepada klien dengan tepat.

Erwin memang boleh berbangga hati karena karya-karyanya diakui orang asing. Saat ini Erwin mengerjakan proyek rumah residensial pribadi seluas 1.700 meter persegi di kawasan Bukit Damansara, Kuala Lumpur, Malaysia, dan juga sebuah rumah seluas 1.200 meter persegi di Yaman. Kedua rumah itu dibangun dengan gaya kolonial, sementara interiornya bergaya fusion. Pemilik rumah berbangsaan Malaysia dan Yaman itu memiliki bisnis di Indonesia. Proyek di mancanegara tersebut akan selesai tahun 2010.

Menurut Erwin, yang membuat tim arsitek Hawawinata & Associates ini unik karena tim ini memiliki kemampuan sketsa tangan. "Tim arsitek kami melihat lahan kosong, langsung dapat membuat sketsa tangan, akan menjadi seperti apa rumah di lahan kosong itu kelak. Ini poin plus.  Klien langsung memperoleh hasil sketsa pada hari itu juga. Proses ini langsung dilanjutkan dengan visualisasi dalam bentuk tiga dimensi (3D) agar klien dapat mengetahui 90 persen konsep yang dibuat arsitek," jelas Erwin, anak ketiga dari empat bersaudara Hawawinata itu.
 
Proyek residensial yang sudah selesai berlokasi di Jakarta, Surabaya, dan Medan. Salah satunya adalah rumah tinggal seluas 2.300 meter persegi di lahan seluas 1.700 meter persegi di Darmo Indah Golf di Surabaya. "Konsep rumah bergaya kolonial, yang diilhami dari kemegahan Istana Versailles di Perancis. Yang ditonjolkan di rumah itu adalah warna-warna lembut, natural stone, dan material yang sifatnya halus. Semua proporsi dan detail rumah dihitung dengan benar, mengikuti golden rule Andrea Palladio, arsitek zaman Renaissance," ungkap Erwin.

Monumental

Rumah-rumah karya Erwin Hawawinata ini boleh dibilang proyek mercusuar. "Bukan saja soal uangnya, tetapi juga monumental. Orang bisa melihat bahwa ini hasil karya arsitek lokal, arsitek Indonesia. Saya ingin mengedukasi klien bahwa karya arsitek Indonesia juga bagus dan relatif terjangkau," katanya.

Salah satu karya Erwin di Jakarta adalah gedung Da Vinci, yang selesai tahun 2003 lalu. Selain itu Erwin mengerjalan desain khusus executive lounge untuk Camus di Bellagio, dan beberapa restoran di Jakarta.

Karya-karya Edwin tidak sekadar bangunan biasa. "Saya membangun sesuatu dengan nyawa. Setiap rumah yang dibangun harus mampu bercerita, dan setiap rumah memilik cerita yang berbeda," kata Erwin yang sudah berkeliling dunia, melihat tren arsitek hingga ke Milan, Valencia, Paris, Singapura, Hongkong dan berbagai kota lainnya di mancanegara.  

Lulus dari Unpar Bandung tahun 1999, Erwin langsung bergabung di Da Vinci sebagai junior designer dan kemudian senior designer. Tahun 2000, Erwin menjadi Chief Designer Da Vinci. Divisi baru yang dipimpinnya itu dibentuk untuk mempermudah klien mendapatkan apa yang diinginkan. "Kami menawarkan layanan, dapat membuat konsep rumah sesuai keinginan klien. Semacam adviser klien," ujarnya. Sejak itu, cerita Erwin, dia mulai mendapatkan proyek tanah kosong.

Tahun 2005, Erwin menjadi General Manager Da Vinci. Tiga tahun kemudian, Erwin keluar dan membentuk perusahaan associate design sendiri. "Kami menjadi konseptor rumah, membantu klien dari segi budgeting sampai finishing. Kami yakinkan klien bahwa mereka akan mendapatkan konsep rumah dengan hasil terbaik dan anggaran yang relatif lebih hemat. Ini penting ditekankan karena bagus dan mahal itu gampang, tapi bagus dan hemat itu kan tidak mudah. Ini yang jadi kepedulian kami," katanya.
 
Konsep rumah yang dibuat Erwin lebih bergaya fusion. Artinya bukan klasik murni dan bukan pula modern. "Gaya ini sebetulnya dikenal dengan nama gaya maksimalis. Gaya fusion menggabungkan unsur tradisional atau klasik dengan gaya modern yang sedang nge-tren sehingga setiap desain tidak ada yang kedaluarsa," urainya. (Robert Adhi Ksp)
 

fivefilters.org featured article: Normalising the crime of the century by John Pilger

Senin, 07 Desember 2009

Rumah Idaman “FIGUR : Rudy Margono: Perusahaan Properti Harus Inovatif dan Kreatif” plus 2 more

Rumah Idaman “FIGUR : Rudy Margono: Perusahaan Properti Harus Inovatif dan Kreatif” plus 2 more


FIGUR : Rudy Margono: Perusahaan Properti Harus Inovatif dan Kreatif

Posted: 07 Dec 2009 10:34 PM PST

Selasa, 8/12/2009 | 13:34 WIB

KOMPAS.com - Gapuraprima Group adalah perusahaan properti terkemuka di Indonesia yang multisegmen dan multiproduk. Berawal dari membangun perumahan real-estate dan rumah sederhana, Gapuraprima kini tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan properti yang membangun apartemen, gedung perkantoran, mal, hotel, dengan segala fasilitasnya.  Berbagai produk properti Gapuraprima tersebar di Jabodetabek dan sejumlah kota lainnya di Indonesia, mulai untuk segmen menengah bawah, menengah, sampai segmen menengah atas.

Rudy Margono, anak bungsu dari lima bersaudara, adalah putra mahkota keluarga Gunarso Susanto Margono, pendiri perusahaan properti Gapuraprima. Setelah lulus SMA di Los Angeles, Amerika Serikat, Rudy kelahiran Jakarta, 8 Mei 1970 ini melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Tarumanegara Jakarta (1989-1992). Sejak di bangku kuliah, Rudy sudah bekerja, mengelola properti perusahaan keluarga Margono di sejumlah kota. Rudy meraih gelar MBA dari Aspen University, Colorado, Amerika Serikat. Di tangan Rudy-lah, Gapuraprima Group makin berkibar.

Berikut petikan wawancara khusus Robert Adhi Ksp dari Kompas.com dengan Presiden Direktur Gapuraprima Group, Rudy Margono di Belezza Shopping Arcade, Permata Hijau, Jakarta Selatan, Selasa (8/12) pagi

Pada awalnya, Gapuraprima Group membangun perumahan, kini ikut membangun apartemen, gedung perkantoran, mal dan hotel. Apa yang membuat Gapuraprima melakukan diversifikasi usaha?
Gapuraprima Group memang unik karena produk-produk properti kami multisegmen, dari rumah RSS, BTN sampai mal dan apartemen mewah, dari waterpark sampai resor di pantai. Ketika tahun 1998 terjadi krisis ekonomi yang berpengaruh pada usaha properti, kami harus bertahan dengan melakukan diversifikasi usaha, yaitu membangun lebih banyak rumah sangat sederjana (RSS). Kami melihat kebutuhan akan rumah tetap ada, walaupun terjadi krisis ekonomi. Sekarang, setelah kondisi ekonomi pulih, kami melihat tren properti. Kami ini pedagang. Jadi apa yang laris dijual, ya itu yang kami bangun. Setelah Gapuraprima go public tahun 2007, kami membangun apartemen, mal, gedung perkantoran, dan hotel dengan segala fasilitasnya. Salah satu pemegang saham perusahaan ini adalah Ahmed Fouad Abdel, WN Kuwait. Ke depan, kami ingin Gapuraprima menjadi pengembang papan atas yang kompetitif.  Perusahaan properti tak ada bedanya dengan perusahaan mobil. Kami mesti inovatif dan kreatif membangun produk baru. Perusahaan mesti hidup terus dan mengembangkan usaha. Properti ada siklus. Setiap produk ada tren. Pengusaha harus bisa survive dalam kondisi kritis sekalipun.
 
Apakah Gapuraprima tetap fokus membangun dan mengembangkan real estate?  
Membangun apartemen, gedung perkantoran, mal, dan hotel, adalah langkah diversifikasi usaha. Perusahaan kami unik. Kami tidak memiliki lahan luas seperti grup-grup properti Ciputra misalnya. Kami menghindari lahan tidur. Setelah lahan kami habis, tentunya perusahaan ini harus tetap beroperasi. Seribuan karyawan Gapuraprima harus tetap bekerja. Mereka dapat beralih bekerja di sport club, hotel, mal, apartemen, yang kami bangun. Apakah kami tetap membangun real estate dan rumah sederhana? Ya pasti. Kami sukses membangun kawasan perumahan di berbagai kota di Indonesia setelah melalui proses waktu yang cukup panjang. Di setiap proyek real-estate yang kami bangun, selalu dilengkapi dengan sport-club. Di Cilegon, Banten, kami punya Kompleks Metro Cilegon, kawasan perumahan terbesar di Cilegon dengan lahan seluas 140 hektar. Kami sudah membangun 3.000 rumah di atas lahan 40 hektar, dan kami masih punya lahan 100 hektar lagi. Perumahan ini sudah menjadi ikon Kota Cilegon karena fasilitasnya yang lengkap. Kami sedang merancang pembangunan mal dan tempat makan di Metro Cilegon, yang dikelilingi kawasan industri dan pelabuhan internasional. Di Depok, kami membangun 3.000 unit rumah di Bukit Rivaria Sawangan di lahan seluas 30 hektar. Kami juga membangun Depok Maharaja di lahan 47 hektar, dilengkapi pusat bisnis, mal dan kolam renang di Sawangan. Ini untuk mengantisipasi jalan tol Antasari-Cinere yang segera dibangun. Di Bogor, kami punya Bukit Cimanggu City dengan lahan seluas 145 hektar. Saat ini sudah dibangun 5.000 unit rumah. Tahap kedua, kami mengembangkan green property untuk kelas menengah dan menengah atas. Di Bekasi, kami memiliki  Taman Kota Bekasi yang harganya mulai Rp 600 juta.

Juga tetap membangun rumah-rumah sederhana?
Kami tetap peduli dengan masyarakat berpenghasilan rendah. Di Bukit Cimanggu City Bogor misalnya, kami juga membangun rumah-rumah sederhana untuk masyarakat menengah bawah di atas lahan seluas 25 hektar. Di Bekasi, kami membangun rumah-rumah tipe 42-an di Jatiwaringin Garden seharga Rp 200-an juta, dan juga rumah sederhana di Taman Raya Bekasi seluas 15 hektar dengan tipe 21 m2 sampai 45 m2. Di Cilegon, kami membangun 1.500 unit rumah sederhana di Taman Raya Cilegon di lahan seluas 15 hektar. Di Bogor, juga ada Taman Raya Citayam seluas 15 ha. Di Tangerang, kami membangun Taman Raya Rajeg seluas 40 hektar. Ini semua berjalan cukup bagus. Selain di Bodetabek, kami juga membangun rumah-rumah sederhana di Solo, Cilacap, Cirebon, dan Cianjur.

Tidak semua produk properti Gapuraprima berjalan sesuai harapan. Bagaimana Anda menyiasatinya?  
Kami akui memang dari sekian banyak produk properti yang kami bangun, tidak semuanya sesuai harapan, namun kami akan tetap fight sampai berhasil. Setiap pengusaha akan mengalami up and down. Mal di bawah Apartemen Serpong Town Square yang kini berubah menjadi CBD Serpong, kami akui, tidak efisien lagi. Karena itu kami akan melakukan konversi menjadi Hotel Marcopolo yang dilengkapi dengan fasilitas waterpark.

Komentar Anda tentang bisnis properti pada tahun-tahun mendatang?
Saya optimistis bisnis properti akan terus tumbuh pada tahun-tahun mendatang. Kenaikan harga properti tidak mungkin dikalahkan oleh pendapatan. Karena itu mereka yang belum punya rumah, harus mengusahakan memiliki rumah sendiri karena harga rumah makin tinggi. Kebutuhan akan rumah tetap tinggi. Demikian juga kebutuhan akan apartemen. Kami memiliki apartemen The Belezza di Permata Hijau, apartemen The Bellagio Residence dan Bellagio Mansion di Mega Kuningan, apartemen Kebagusan City di Kebagusan. Sebagai pengusaha properti, kami berharap pemerintah segera mengizinkan orang asing memiliki apartemen di Indonesia. Orang Indonesia saja boleh memiliki apartemen di luar negeri, mengapa kita tidak mengizinkan orang asing memiliki apartemen di sini? Kalau orang asing dilarang miliki properti, ini suatu kebodohan. Harga properti di Jakara paling murah di dunia. Dan harga properti di sini tidak pernah turun. (Robert Adhi Ksp)


 
 

This content has passed through fivefilters.org.

FIGUR : Ardi Joanda: Biaya Kuliah Tinggi, Nekad Tulis Surat ke Ali Alatas (2)

Posted: 07 Dec 2009 07:07 AM PST

Senin, 7/12/2009 | 22:07 WIB

KOMPAS.com -  Lulus SMA tahun 1989, Ardi Joanda berangkat ke Selandia Baru. "Pikiran saya sederhana saja. Saya kuliah di luar negeri karena ingin menjadi lebih baik. Pikiran waktu itu, kalau pulang dari luar negeri, saya akan lebih mudah cari kerja. Tapi persoalannya, dana pas-pasan. Ada yang menyarankan saya mendaftarkan diri ke Australia, tetapi melihat biayanya yang terlalu mahal, akhirnya saya mencoba ke Selandia Baru. Mami mendukung saya. Tapi kuliah di luar negeri sepertinya merupakan ide gila karena secara finansial, keuangan keluarga kami tak mungkin dapat membiayai kuliah saya," cerita Ardi lagi.

Di Selandia Baru, biaya sekolah masih relatif murah. "Saya belajar sambil bekerja. Saya memberanikan diri karena saya berpendapat, kalau saya mau bekerja, pasti dapat menghidupi diri sendiri," katanya. Ardi kemudian melanjutkan pendidikan setara SMA yaitu Selwyn College di Auckland.

Saat akan lulus, Ardi dan siswa lainnya terkejut dengan rencana Pemerintah Selandia Baru menaikkan uang sekolah, dari sebelumnya 1.000 dollar Selandia Baru setahun menjadi 5.000 - 10.000 dollar Selandia Baru setahun. "Kami betul-betul shock. Akhirnya bersama siswa Malaysia dan Singapura, siswa Indonesia melakukan perlawanan agar uang sekolah tidak naik," katanya.

Tulis Surat ke Menlu Ali Alatas

Ardi Joanda menulis surat ke Menteri Luar Negeri Ali Alatas, yang isinya menceritakan keadaan perubahan uang kuliah di Selandia Baru. "Teman Malaysia juga menulis surat yang sama. Pak Ali Alatas menyempatkan diri untuk datang ke Selandia Baru. Melalui cara ini, akhirnya Pemerintah Selandia Baru mengubah kebijakannya. Mereka memberi kesempatan kepada siswa mancanegara untuk mendapatkan beasiswa jika memenuhi persyaratan.  Setelah pengumuman ini, saya belajar siang-malam sehingga lulus dengan nilai A. Saya akhirnya mendapat beasiswa di bidang ekonomi, Commerce and Administration di Victoria University of Wellington selaam lima tahun. Tapi saya menyelesaikannya hanya dalam waktu tiga tahun," cerita Ardi.

Sebenarnya, kata Ardi, keluarga Belanda, Thomas Beuker yang menjadi keluarga angkatnya di Auckland, sudah mengatakan kepadanya agar tidak perlu khawatir. Jika misalnya Ardi tidak mendapatkan beasiswa, keluarga Thomas yang akan mencari cara agar Ardi tetap bisa melanjutkan pendidikan. Demikian pula keluarga angkatnya dari Taiwan, keluarga Pan, menjamin Ardi secara finansial, agar dapat menyelesaikan pendidikan tingginya di Selandia Baru.

"Saya percaya bahwa hidup saya penuh berkah. Kalau kita berbuat baik, pasti hidup kita penuh berkah. Ketika menghadapi masalah, saya selalu bisa mengatasi problem. Walaupun ada dua keluarga angkat yang memberi jaminan finansial, pada akhirnya saya mengandalkan diri sendiri untuk mendapatkan beasiswa agar bisa kuliah," papar Ardi.

Ardi Joanda menegaskan kembali bahwa berbagai pengalaman pahit memberi kesempatan baginya untuk menunjukkan kemampuan. "Berbagai kejadian yang tidak diharapkan dan tidak menyenangkan, malah memberi saya kesempatan untuk menunjukkan kemampuan sesungguhnya," tandasnya.

Otodidak di Bidang Furnitur
Thn 1993, ketika pulang ke Indonesia, Ardi Joanda langsung bergabung dengan grup Da Vinci. Awalnya Ardi diminta merapikan administrasi perusahaan Fissler, perusahaan multilevel. Setelah ada perusahaan kosmetik yang baru dibuka,  Ardi diminta terlibat membantu marketing support. Dan cukup berhasil. Saat Da Vinci  dibuka  tahun 1994, Ardi bergabung sejak dari nol, sejak nebeng dengan Fissler. "Saya tidak hitung-hitungan. Saya menunjukkan talenta saat diberi kesempatan. Kalau itu baik, let's do it. Di Da Vinci, saya belajar otodidak selama 13 tahun," jelasnya.

Perkenalannya dengan urusan desain interior ini sebetulnya sejak dia membantu ayah angkatnya, Thomas Beuker, arsitek dan kontraktor Belanda yang tinggal di Aukland, Selandia Baru. Di sana Ardi menyempatkan untuk belajar mengecat dan memasang wallpaper. "Pengalaman ini ternyata ada gunanya untuk masa depan saya. Makanya kita tidak boleh hitung-hitungan. Potensi harus digali sedalam mungkin tanpa harus hitung-hitungan," katanya.   
 
Ardi bercerita ketika membangun Da Vinci Tower di Jakarta, dia juga belajar bagaimana mengelola pembangunan gedung klasik, yang detil dengan skala besar, tanpa kontraktor utama. "Orang pikir saya insinyur. Saya pernah mendapat surat yang ditujukan kepada Ir Ardi Joanda. Tapi tidak perlu harus menjadi insinyur dulu untuk mengerjakan pembangunan Da Vinci Tower. Intinya kalau mau kita mau belajar pasti bisa. Kalau sekarang saya diminta merancang lima gedung seperti Da Vinci Tower, saya berani. Saya lakukan itu semua tanpa hitung-hitungan karena saya menganggap itu sebagai tempat belajar. Bekerja adalah tempat terbaik untuk belajar, dan dibayar lagi. Kalau kita sekolah, kan harus membayar," ungkap Ardi.

Ardi menyampaikan terima kasih kepada Tony Phua dan Doris Phua, suami istri pemilik Da Vinci asal Singapura, yang memberi kesempatan kepadanya untuk menunjukkan segala kemampuan. "Saya belajar banyak dari Tony dan Doris, serta semua teman di Da Vinci yang memberi dukungan penuh," kata Ardi.

Setelah 13 tahun bergabung dengan Da Vinci, dan terakhir pada posisi sabagai CEO Da Vinci, Ardi memutuskan keluar dengan alasan pribadi. "Saya ingin pindah kuadran, menjadi pengusaha," katanya. Bulan Januari 2006, Ardi merintis usaha es Charmy Ice bersama Lawrence Pan, saudara angkat dari Taiwan.

Mengalami banyak pengalaman dalam hidupnya, Ardi selalu menyampaikan pendapatnya bahwa pengalaman pahit adalah "guru" yang paling manis. "Karena justru pada saat iitulah, kita diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mengeluarkan segala kemampuan yang ada. Tapi akan lebih baik jika dalam kondisi baik pun, kita bisa mengeluarkan kemampuan terbaik," kata Ardi.

Menurut Ardi, banyak orang tidak menyadari kemampuan karena terlalu berhitung-hitung. "Banyak orang berpendapat, ngapain saya harus kerja begini, begitu. Padahal setiap hal yang dilakukan, harus dianggap sebagai ujian, sampai sejauh mana kemampuan kita. Begitu diuji, baru tahu kemampuan kita luar biasa sehingga muncul kepercayaan diri," ujarnya.

"Dalam hidup ini sebenarnya kita diberi kesempatan waktu oleh Tuhan untuk memanfaatkan talenta-talenta yang masih terpendam. Karena itu mari kita nikmati hidup, berbagi dan memanfaatkan talenta-talenta yang diberikan Tuhan," ungkap Ardi Joanda. (ROBERT ADHI KSP)
 

This content has passed through fivefilters.org.

FIGUR : Ardi Joanda: Belajar dari Keuletan Ibunda (1)

Posted: 07 Dec 2009 06:03 AM PST

Senin, 7/12/2009 | 21:03 WIB

KOMPAS.com - Bagaimana tren furnitur high-end tahun 2010? "Tren furnitur rumah-rumah kelas atas akan kembali ke tren tradisional klasik yang lebih ringan, yang sering kali disebut sebagai american classic. Tren warna furnitur tetap pada warna hitam, putih, dan warna kayu. Sedangkan tren warna material, kombinasi warna metal stainless dan warna silver," kata Ardi Joanda, President Medici Living, perusahaan furnitur high-end dalam percakapan dengan Kompas.com di sebuah restoran di Permata Hijau, Sabtu (5/12) lalu.

Menurut Ardi,  informasi mengenai produk interior yang tersebar di dunia maya dan di berbagai media massa cetak, membuat pengetahuan pemilik rumah semakin maju. Selain itu, makin banyak orang Indonesia yang berkunjung ke rumah-rumah indah di luar negeri dan dalam negeri sehingga pengetahuan tentang rumah pun makin luas.

"Saat ini dan di masa mendatang, peran desain interior dan arsitek akan semakin penting dalam menangani rumah-rumah kelas menengah atas. Untuk itulah furnitur juga penting mengikuti tren. Kami bukan lagi sekadar toko furnitur, tapi kami ingin bersama-sama arsitek dan desainer interior, ingin mewujudkan rumah idaman mereka. Ini sesuai slogan kami Live Your Life Best," ungkap Ardi Joanda, yang sebelumnya pernah bekerja di Da Vinci.

Setelah 13 tahun bergabung dengan Da Vinci, dan terakhir pada posisi sabagai CEO Da Vinci, Ardi memutuskan keluar dengan alasan pribadi. "Saya ingin pindah kuadran, menjadi pengusaha," katanya. Bulan Januari 2006, Ardi merintis usaha es Charmy Ice bersama Lawrence Pan, saudara angkatnya dari Taiwan.

Akhir tahun 2007, Ardi menerima telepon dari pemasok furnitur dari Amerika Serikat. "Mereka mempercayakan saya untuk memasarkan produk-produk mereka. Tahun 2008, Medici Living, perusahaan baru furnitur high-end didirikan. Nama Medici menentukan filosofi perusahaan karena keluarga Medici adalah patron dari berbagai bidang aspek kemanusiaan, politik, seni, agama, arsitek," ungkapnya.

Tahun 2008, Medici Living membuka ruang pamer di Belezza, Permata Hijau, Jakarta Selatan, dan diresmikan oleh perwakilan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia. Medici memang mengkhususkan diri memasarkan produk-produk Amerika. Klien Medici pada umumnya keluarga kalangan atas, yang mengetahui produk ini dari mulut ke mulut.

 
Belajar dari keuletan ibunda
Siapa Ardi Joanda, pengusaha furnitur papan atas ini? Lahir di Pontianak, Kalimantan Barat, 15 Januari 1970, Ardi besar dari keluarga sederhana. Ibunya, Lucy Jo, seorang perempuan yang ulet, yang membuat es krim untuk dijual ke sekolah-sekolah. Es krim itu dititip di kantin-kantin sekolah.

Setelah itu, ibu Ardi beralih ke usaha konveksi pakaian anak kecil, sedangkan ayahnya, Paulus Sun, bekerja di bagian pembukuan di sebuah perusahaan. Bersama kakaknya,  Antonius Yondi, Ardi mengantarkan barang konveksi pesanan ke toko-toko di Pontianak. Mereka berdua mengendarai sepeda, membawa bundelan besar berisi pakaian untuk diantar ke toko-toko. Ardi dan Yondi membantu ibunya yang membuka toko di sebuah pasar di Jalan Sudirman, Pontianak. Sebelum berangkat sekolah, Ardi menjaga toko sambil belajar mengerjakan PR. "Ketika saya masuk sekolah, koko yang mengganti jaga toko," urai Ardi.

"Saya belajar banyak dari mami yang memang lahir dari keluarga pedagang, bagaimana berdagang dengan ulet. Pernah suatu hari, kami tak boleh lagi berjualan es di sekolah, padahal es yang dibuat mami sangat laris. Tapi mami tidak putus asa. Pengalaman pahit dalam kehidupan sebelumnya, ternyata menjadi cambuk yang membentuk motivasi. memberikan booster untuk berhasil dalam usaha. Kondisi seperti ini melatih kami sekeluarga untuk bisa berdikari dan mandiri. Justru dengan berbagai kendala, kami mendapatkan pelajaran yang bermakna," cerita Ardi Joanda.

Menurut Ardi,  hidup ini memang  unik. "Setiap orang terlahir dengan rezeki dan nasib berbeda. Ada orang yang terlahir dari keluarga kaya, dan ada yang lahir dalam kondisi keluarga yang miskin. Tapi itu semua bukan berarti menjadi penentu masa depan. Ibarat memancing, ada orang rezekinya cukup lempar dua kali, langsung dapat ikan. Tapi ada yang harus lempar lima kali atau 10 kali, baru dapat ikan. Kita harus menyadari kapasitas yang kita miliki. Dan kita bekerja berdasarkan kapasitas yang dimiliki. Kalau ternyata baru 10 kali berusaha, kita baru dapat satu, itu artinya kita harus bekerja lebih keras," ungkap anak kedua dari tiga bersaudara itu.

Ardi bersyukur karena kedua orangtuanya memiliki prinsip, anak-anak harus mengenyam pendidikan tinggi demi masa depan yang lebih baik. Untuk itulah kedua orangtua Ardi rela membanting tulang agar Ardi dan dua saudaranya dapat melanjutkan pendidikan tinggi.

Sejak duduk di SD Gembala Baik dan SMP Bruder di Pontianak, Ardi selalu menjadi murid terbaik. "Setelah lulus SMP, mami ingin saya melanjutkan SMA di Jakarta. Mami men-support saya agar bisa sekolah setinggi mungkin. Saya merasa orang yang penuh berkah. Ketika dalam kondisi kekurangan, Tuhan membantu melalui orang lain. Ketika masuk SMA St Yoseph Dwiwarna, Manggabesar, Jakarta Barat, dengan segala keterbatasan biaya, ada yang memberi dukungan kepada saya," katanya.

Ardi pindah ke Jakarta karena melihat banyak temannya melanjutkan SMA di Jakarta. Walaupun belum tahu akan tinggal di mana dan bersekolah di mana, ibunda Ardi memberi dukungan yang kuat kepada anaknya. 

"Akhirnya berkat bantuan mami, saya dapat sekolah di SMA St Yoseph. Ternyata saya generasi pertama karena sekolah itu baru dibuka. Kepala sekolah Lanny Arifin, Kepala SMA ini sangat demokratis, yang memberi kesempatan kepada para siswa membuat kreativitas. Suami kepala sekolah itu pedagang dan pengusaha. Bu Lanny berbeda dalam menerapkan pendidikan. Sebagian besar ide kegiatan berasal murid. Kami sangat akrab satu sama lain, dan tak ada kesenjangan," tuturnya.

Ardi mengaku sangat terkesan pada Kepala SMA Lanny Arifin. "Saya ditunjuk sebagai Ketua Panitia St Yoseph Cup, pertandingan olahraga yang diikuti 13 sekolah katolik di Jakarta. Padahal SMA St Yoseph Dwiwarna itu baru dua tahun berdiri," ungkapnya.

Di Jakarta, pada tahun pertama, Ardi tinggal bersama saudara jauh di Tanah Abang, tapi kemudian dia kos di Jalan Pangeran Jayakarta. Pada tahun kedua, Ardi diminta tinggal di rumah teman satu sekolah. "Orangtuanya meminta saya untuk menemani anaknya sekaligus mengajarinya. Saya tinggal di sana gratis. Saya merasa menjadi orang yang diberkahi. Dan tinggal di rumah orang, saya tahu diri. Saya harus ringan-tangan, membantu pekerjaan rumah. Saya makin memahami kehidupan sebenarnya," kata Ardi. (ROBERT ADHI KSP)

(Bersambung)
 
 

This content has passed through fivefilters.org.

Jumat, 04 Desember 2009

Rumah Idaman “BERITA : Pejabat China Terkesan dengan Konsep Lippo Village” plus 1 more

Rumah Idaman “BERITA : Pejabat China Terkesan dengan Konsep Lippo Village” plus 1 more


BERITA : Pejabat China Terkesan dengan Konsep Lippo Village

Posted: 03 Dec 2009 07:46 AM PST

Kamis, 3/12/2009 | 22:46 WIB

TANGERANG, KOMPAS.com — Pejabat Republik Rakyat China (RRC) Liu Qi  terkesan dengan konsep Township Development Lippo Village yang mengembangkan kota mandiri lengkap dengan fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan, perkantoran dan rekreasi. Konsep ini dinilai sangat tepat dan dapat mencapai pengembangan yang berkelanjutan.

Liu Qi yang menjadi Tamu Negara ini menyempatkan berkunjung ke kawasan Lippo Village, Tangerang, Banten. Liu Qi disebutkan mengenal baik pendiri Lippo, Mochtar Riady. Namun Mochtar Riady, menurut Tian Jingjing, Asisten Dr.Mochtar Riady, tidak tampak hadir karena kesehatan yang kurang baik.

Namun putra Mochtar, James T. Riady, ikut menerima kunjungan Liu Qi. "Selama dua puluhan tahun belakangan ini kita banyak belajar dari pengalaman unggul dari RRC dan pengalaman tersebut kita terapkan dalam pengembangan bisnis kelompok usaha Lippo di Indonesia," kata James, Rabu (2/12).

Sebelumnya Liu Qi berkunjung ke kampus Universitas Pelita Harapan (UPH), Lippo Village, Tangerang, Banten. Liu Qi didampingi Duta Besar China untuk Indonesia Zhang Qiyue. Keduanya disambut oleh Pendiri Lippo James Riady, President UPH Sheldon C Nord Phd, dan Rektor UPH Dr (Hon) Jonathan L Parapak, MEng Sc.

Saat mengunjungi kampus UPH, mereka diajak melihat fasilitas di kampus UPH, termasuk kantin. Menurut Rektor UPH Jonathan L Parapak, tamu kehormatan dari China, Liu Qi, adalah Ketua Panitia Olimpiade Beijing 2008. "Liu Qi sebenarnya tamu negara. Beliau berkesempatan mengunjungi Lippo Village," kata Parapak.

Setelah berkunjung ke UPH, tamu dari China itu berkeliling kawasan Lippo Village, Tangerang. Mereka secara khusus melihat pola pengembangan Lippo Village sebagai salah satu kota satelit komprehenshif yang sangat berkembang di Indonesia. Selain menyaksikan fasilitas pendidikan di UPH, sebagai salah satu sarana penunjang penting yang ada di Lippo Village, rombongan juga berkunjung ke Mochtar Riady Institute for Nanotechnology (MRIN).

 

This content has passed through fivefilters.org.

BERITA : Emaar Properties Tetap Tanam Investasi di Lombok

Posted: 03 Dec 2009 07:25 AM PST

Kamis, 3/12/2009 | 22:25 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -  Emaar Properties, perusahaan properti asal Dubai tetap akan menanamkan investasi, membangun resor di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Badrul Munir menegaskan, Emaar Properties tetap akan menanamkan investasi di wilayahnya. "Nilai investasi Emaar sangat besar, sehingga harus berhati-hati dalam mengelola investasi tersebut," katanya di Mataram, Kamis (3/12).

Meski demikian, Badrul belum memastikan kapan Emaar akan mulai beraktivitas. Hanya, pihaknya akan mengupayakan agar Emaar secepatnya merealisasikan investasi tersebut. Saat ini, Pemerintah Provinsi NTB tengah menyusun rencana detail dan kemungkinan besar bisa berjalan tahun depan.

Pernyataan Badrul menjadi secercah harapan bagi Indonesia. Sejak krisis melanda Dubai World belum lama ini, pemerintah dan pengusaha Indonesia banyak mengkhawatirkan imbasnya ke sejumlah proyek raksasa Indonesia.

Dubai World merupakan perusahaan properti raksasa milik Keemiratan Dubai itu banyak menanam investasi saham di sejumlah perusahaan Indonesia. Salah satunya ke proyek Emaar di Lombok. Emaar dan Dubai World sama-sama perusahaan raksasa asal Dubai yang saling berinteraksi.

Kekhawatiran bakal mandeknya proyek resor di Lombok diungkapkan oleh Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Firmansyah Rahim.

Firmansyah telah meminta jajarannya mengecek nasib kerja sama pembangunan resor di Lombok pascakrisis Dubai World. Sebab pada proyek itu, Emaar Properties bersedia menginvetasikan 600 juta dollar AS. Mereka menjalin kerja sama dengan Bali Tourism Development Corporation. Firmansyah khawatir jika proyek ini gagal, pemerintah kesulitan mencari gantinya.

 

This content has passed through fivefilters.org.

Selasa, 01 Desember 2009

Rumah Idaman “FIGUR : Jopy Rusli: Lippo Terus Kembangkan Kawasan Properti Terpadu” plus 4 more

Rumah Idaman “FIGUR : Jopy Rusli: Lippo Terus Kembangkan Kawasan Properti Terpadu” plus 4 more


FIGUR : Jopy Rusli: Lippo Terus Kembangkan Kawasan Properti Terpadu

Posted: 30 Nov 2009 05:29 AM PST

Senin, 30/11/2009 | 20:29 WIB

KOMPAS.com - Penjualan unit apartemen Kemang Village di Jakarta Selatan laris seperti kacang goreng. Setelah tiga menara habis terjual dan dapat ditempati mulai pertengahan tahun 2010, pengembang PT Lippo Karawaci Tbk yang membangun kawasan terpadu Kemang Village pun menambah dua menara lagi, yang akan selesai tahun 2011. Keberhasilan Grup Lippo memasarkan Kemang Village dan kemudian merealisasikannya menjadi kawasan terpadu dan terintegrasi merupakan sukses fenomenal dalam bisnis properti.

Jopy Rusli, Direktur PT Lippo Karawaci Tbk terlibat dalam proyek Kemang Village sejak awal. Bahkan arsitek lulusan Oregon University tahun 1986 ini termasuk arsitek yang membangun Lippo Village. "Saya bersyukur dapat terlibat proyek Kemang Village dan Lippo Village sejak awal," katanya.

Awalnya Jopy yang lahir di Jakarta, 8 Juli 1962 ini bercita-cita menjadi seniman. Ketika akan melanjutkan sekolah, Jopy ditanya ayahnya, akan menjadi apa kelak. Jopy menjawab pilihan pertama adalah arsitektur, pilihan kedua arsitektur, dan pilihan ketiga arsitektur. Akhirnya Jopy menjadi arsitek setelah meraih Bachelor of Architecture dari University of Oregon, Amerika Serikat. Jopy kemudian bekerja di perusahaan arsitek di San Diego, AS dan mendesain rumah-rumah pribadi yang eksklusif.

Lama bergelut di bidang seni arsitektur, Jopy kemudian mengambil MBA di San Diego National University. Jopy kuliah pada malam hari, khusus mengambil spesialisasi real-estate. Setelah ayahnya meninggal dunia, Jopy kembali ke Indonesia. Dia sempat bekerja di Duta Anggada, Grup Gunung Sewu, sebagai Direktur selama tiga tahun (1990-1993). Jopy kemudian pindah ke Grup Lippo yang saat itu agresif membangun kawasan Lippo Village di Tangerang. Jopy adalah arsitek yang pertama di Indonesia yang memperkenalkan gaya mediterania dalam hunian kelas atas di Lippo Village dan Lippo Cikarang, dan sekarang menjadi tren properti di mana-mana.

Berikut ini petikan wawancara khusus Robert Adhi Ksp dari Kompas.com dengan Direktur PT Lippo Karawaci Tbk, Jopy Rusli, yang juga bertanggung jawab dalam proyek Kemang Village.
 
Mengapa Lippo membangun Kemang Village?
Sebetulnya Lippo adalah pionir dalam pembangunan kondominium atau apartemen. Kami sudah membangun apartemen Beverly dan Permata Hijau. Lippo juga mengembangkan township, kota mandiri di Lippo Village, Lippo Cikarang, dan Tanjung Bunga. Setelah itu, ada kesempatan kembali membangun residensial dan high rise, dan kami membangun Kemang Village. Kelebihan Lippo adalah menawarkan gaya hidup yang lengkap, mulai dari pendidikan (Sekolah Pelita Harapan dan Universitas Pelita Harapan), Rumah Sakit Siloam, Hotel Aryaduta, leisure country club, restoran, sampai wedding chapel. Totalitas ini yang kita jadikan keunggulan kompetitif Lippo. Penghuni kondominium membutuhkan kenyamanan. Begitu turun, mereka langsung ke mal dan country club, spa, sekolah, dan rumah sakit. Semua lengkap. Sementara dalam pengembangan kota, Lippo sudah berpengalaman membangun pengelolaan air bersih. Daur ulang air kotor menjadi air bersih.

Bagaimana cara Kemang Village menangani banjir di kawasan itu?  
Jalan Kemang Raya memang sering tergenang jsaat musim hujan. Jalan Kemang Raya berada pada posisi 28 meter dari permukaan air laut. Menurut data, banjir tertinggi di Kemang pada posisi 28,4 meter dari permukaan air laut. Sedangkan posisi Jalan Pangeran Antasari berada pada 32 meter di atas permukaan air laut. Nah, ketinggian kawasan Kemang Village disamakan dengan ketinggian Jalan Antasari. Bahkan sampai lobi apartemen, mal, dan hotel, ketinggiannya menjadi 35 meter di atas permukaan air laut. Jadi kami buat sedemikian rupa agar kawasan Kemang Village tidak tergenang saat musim hujan. Bukan hanya itu. Kami juga membangun waterpond, di bawah basement. Di basement itu, air yang jatuh di kawasan Kemang, kami olah lagi. Sebagian lagi diserap lagi masuk ke tanah.

Saat ini konsep green building makin mengemuka dalam dunia properti. Apa yang dilakukan Kemang Village terkait konsep green building?
Selain membangun waterpond di basement, kami juga menonjolkan lanskap di kawasan ini. Koefisien Dasar Bangunan di sini rendah, hanya 35 persen, sedangkan ruang terbuka hijau lebih banyak, 65 persen. Kami menjadikan podium sebagai lanskap. Juga di atas, ada country club, yang "very green resort" di tengah kota. Jadi Kemang Village bukan sekadar superblok, tapi kami lebih banyak menonjolkan lanskap di kawasan terintegrasi dan terpadu.
 
Tiga menara apartemen di Kemang Village laris dibeli. Bahkan kini dibangun dua menara lagi. Apa kiat Kemang Village sukses menjual apartemen-apartemen ini?
Sebetulnya nama Kemang sudah terkenal sampai ke mancanegara. Lokasinya hanya 4,5 kilometer dari Semanggi. Daerah ini daerah hijau di Jakarta Selatan, tempat tinggal orang Indonesia elit dan juga kawasan para ekspat, komunitas asing. Mereka suka tinggal di Kemang karena suasananya memang seperti di Bali. Ada kafe, klub, restoran. Suasananya hidup. Dan suasana ini tidak ditemukan kalau kita tinggal di tengah kota seperti di kawasan Thamrin, Jakarta. Di Kemang, suasana tempat tinggal yang nyaman sudah tercipta. Di sini banyak sekolah internasional berdiri. Jadi Kemang memang kawasan tempat tinggal yang nyaman.
 
Grup Lippo terus mengembangkan bisnis properti hingga menjadi kawasan terpadu yang lengkap dengan segala fasilitasnya. Apa rahasianya?
Sukses Grup Lippo tidak terlepas dari visi James Riady, CEO Lippo. Pak James mulai membangun Lippo Village di atas lahan yang tidak produktif, dan kini menjadi lahan emas dalam bisnis properti. James Riady melihat dunia properti dari segala sudut, bahkan dari langit.  (Robert Adhi Ksp)
 
 

This content has passed through fivefilters.org.

FIGUR : Erwin Hawawinata, Arsitek yang Mengglobal

Posted: 28 Nov 2009 02:06 AM PST

Sabtu, 28/11/2009 | 17:06 WIB

KOMPAS.com - Arsitek Erwin Hawawinata adalah arsitek Indonesia yang karya-karyanya mengglobal. "Saya berharap arsitek Indonesia lebih percaya diri karena karya-karya arsitek Indonesia sebenarnya jauh lebih baik dibandingkan arsitek asing," kata Erwin dalam percakapan dengan Kompas.com di sebuah hotel di kawasan Senayan, Sabtu (28/11) petang.

Arsitek Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung angkatan 1994 ini menilai arsitek Indonesia sesungguhnya lebih kreatif dalam hal desain dan material sampai "finishing". "Sumber daya manusia dan kreativitas arsitek Indonesia lebih unggul," kata Erwin, lulusan SMA Regina Pacis Bogor ini.

Erwin menambahkan, agar arsitek Indonesia mampu bersaing dengan arsitek luar negeri, arsitek lokal harus meningkatkan wawasan, sering melakukan perjalanan, dan mengikuti acara-acara arsitektur agar mengetahui tren dunia yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Selain itu arsitek Indonesia juga harus menguasai ilmu marketing agar dapat menjual ide kepada klien dengan tepat.

Erwin memang boleh berbangga hati karena karya-karyanya diakui orang asing. Saat ini Erwin mengerjakan proyek rumah residensial pribadi seluas 1.700 meter persegi di kawasan Bukit Damansara, Kuala Lumpur, Malaysia, dan juga sebuah rumah seluas 1.200 meter persegi di Yaman. Kedua rumah itu dibangun dengan gaya kolonial, sementara interiornya bergaya fusion. Pemilik rumah berbangsaan Malaysia dan Yaman itu memiliki bisnis di Indonesia. Proyek di mancanegara tersebut akan selesai tahun 2010.

Menurut Erwin, yang membuat tim arsitek Hawawinata & Associates ini unik karena tim ini memiliki kemampuan sketsa tangan. "Tim arsitek kami melihat lahan kosong, langsung dapat membuat sketsa tangan, akan menjadi seperti apa rumah di lahan kosong itu kelak. Ini poin plus.  Klien langsung memperoleh hasil sketsa pada hari itu juga. Proses ini langsung dilanjutkan dengan visualisasi dalam bentuk tiga dimensi (3D) agar klien dapat mengetahui 90 persen konsep yang dibuat arsitek," jelas Erwin, anak ketiga dari empat bersaudara Hawawinata itu.
 
Proyek residensial yang sudah selesai berlokasi di Jakarta, Surabaya, dan Medan. Salah satunya adalah rumah tinggal seluas 2.300 meter persegi di lahan seluas 1.700 meter persegi di Darmo Indah Golf di Surabaya. "Konsep rumah bergaya kolonial, yang diilhami dari kemegahan Istana Versailles di Perancis. Yang ditonjolkan di rumah itu adalah warna-warna lembut, natural stone, dan material yang sifatnya halus. Semua proporsi dan detail rumah dihitung dengan benar, mengikuti golden rule Andrea Palladio, arsitek zaman Renaissance," ungkap Erwin.

Monumental

Rumah-rumah karya Erwin Hawawinata ini boleh dibilang proyek mercusuar. "Bukan saja soal uangnya, tetapi juga monumental. Orang bisa melihat bahwa ini hasil karya arsitek lokal, arsitek Indonesia. Saya ingin mengedukasi klien bahwa karya arsitek Indonesia juga bagus dan relatif terjangkau," katanya.

Salah satu karya Erwin di Jakarta adalah gedung Da Vinci, yang selesai tahun 2003 lalu. Selain itu Erwin mengerjalan desain khusus executive lounge untuk Camus di Bellagio, dan beberapa restoran di Jakarta.

Karya-karya Edwin tidak sekadar bangunan biasa. "Saya membangun sesuatu dengan nyawa. Setiap rumah yang dibangun harus mampu bercerita, dan setiap rumah memilik cerita yang berbeda," kata Erwin yang sudah berkeliling dunia, melihat tren arsitek hingga ke Milan, Valencia, Paris, Singapura, Hongkong dan berbagai kota lainnya di mancanegara.  

Lulus dari Unpar Bandung tahun 1999, Erwin langsung bergabung di Da Vinci sebagai junior designer dan kemudian senior designer. Tahun 2000, Erwin menjadi Chief Designer Da Vinci. Divisi baru yang dipimpinnya itu dibentuk untuk mempermudah klien mendapatkan apa yang diinginkan. "Kami menawarkan layanan, dapat membuat konsep rumah sesuai keinginan klien. Semacam adviser klien," ujarnya. Sejak itu, cerita Erwin, dia mulai mendapatkan proyek tanah kosong.

Tahun 2005, Erwin menjadi General Manager Da Vinci. Tiga tahun kemudian, Erwin keluar dan membentuk perusahaan associate design sendiri. "Kami menjadi konseptor rumah, membantu klien dari segi budgeting sampai finishing. Kami yakinkan klien bahwa mereka akan mendapatkan konsep rumah dengan hasil terbaik dan anggaran yang relatif lebih hemat. Ini penting ditekankan karena bagus dan mahal itu gampang, tapi bagus dan hemat itu kan tidak mudah. Ini yang jadi kepedulian kami," katanya.
 
Konsep rumah yang dibuat Erwin lebih bergaya fusion. Artinya bukan klasik murni dan bukan pula modern. "Gaya ini sebetulnya dikenal dengan nama gaya maksimalis. Gaya fusion menggabungkan unsur tradisional atau klasik dengan gaya modern yang sedang nge-tren sehingga setiap desain tidak ada yang kedaluarsa," urainya. (Robert Adhi Ksp)
 

This content has passed through fivefilters.org.

FIGUR : Bisnis Properti Bergairah, SMS Tahap II Dibangun 2010

Posted: 26 Nov 2009 06:19 AM PST

Kamis, 26/11/2009 | 21:19 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk, Johanes Mardjuki, optimistis bisnis properti pada tahun-tahun mendatang makin bergairah, terutama karena suku bunga rendah dan situasi keamanan di negeri ini stabil. Perusahaan yang dipimpinnya sejak tahun 2006 ini mengembangkan ekspansinya ke Serpong, Tangerang, Banten dan ke Bekasi, Jawa Barat.

Di Serpong, pengembang ini akan membangun Summarecon Mal Serpong (SMS) tahap kedua, mulai tahun 2010, dan dijadwalkan beroperasi pada akhir tahun 2011. Ini merupakan bagian dari pembangunan kawasan terpadu Summarecon Serpong. Di Bekasi, pengembang ini akan membangun kawasan terpadu Summarecon Bekasi di atas lahan seluas 250 hektar mulai tahun depan.

Johanes Mardjuki, lulusan Fakultas Ekonomi jurusan Akuntan Universitas Trisakti Jakarta tahun 1984 ini bergabung dengan PT Summarecon Agung Tbk sejak tahun 1993, dan mengawali kariernya sebagai Audit Manager. "Semua berkat kerja sama tim, bukan hasil kerja perorangan," kata Johanes Mardjuki, alumnus SMA Kanisius Jakarta ini.
 
Berikut ini petikan wawancara khusus Robert Adhi Ksp dari Kompas.com dengan Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk, Johanes Mardjuki, Rabu (25/11) petang di kantornya di Jakarta seputar perkembangan Summarecon Serpong.

Summarecon Mal Serpong dibangun di kawasan permukiman, yang relatif jauh dari Jakarta. Namun sejak beroperasi 28 Juni 2007 lalu, pusat perbelanjaan itu semakin ramai. Apa kiat Anda menyakinkan para penyewa (tenant) dengan brand besar, agar mau membuka gerai mereka di SMS?
Sebenarnya tidak gampang meyakinkan para penyewa. Bahkan ketika kami menggunakan konsultan asing, mereka malah bilang ini daerah kampung. Tapi kami punya keyakinan, kawasan Summarecon Serpong yang sudah dihuni sekitar 9.000 KK, membutuhkan pusat perbelanjaan dan gaya hidup. Kami membangun mal yang dinamakan Summarecon Mal Serpong (SMS), tapi harga sewa tidak semahal harga di Jakarta. Saat mal sudah jadi, kami memberi insentif. Penyewa yang membuka saat peresmian mal, akan diberi insentif enam bulan sewa gratis. Strategi ini berhasil. Para pekerja siang malam menyelesaikan gerai-gerai di mal.

Saat SMS dibuka, sudah 70 persen penyewa yang buka. Kami berkeyakinan jika mal sudah buka 70 persen, pengunjung akan balik lagi ke mal itu. Sekarang SMS sudah penuh dan selalu ramai. Pengunjung SMS sudah 10 juta per tahun, padahal baru dua tahun dibuka. Sebagai perbandingan, pengunjung mal di Kelapa Gading 27 juta per tahun. Jadi perkembangan pengunjung SMS sangat pesat. Konsep SMS juga berbeda, ada tempat makan terbuka (alfresco dining) dengan live music berbeda setiap malam. Jadi ada komunitas berbeda yang datang.

Setelah SMS ini sukses, apakah ada rencana membangun dan mengembangkan mal serupa tahap berikutnya?
Kami sudah merencanakan membangun SMS tahap kedua, yang luasnya hampir sama dengan SMS tahap I, kira-kira 45.000 meter persegi. Lokasinya persis di sebelah lahan SMS tahap I. Pembangunan SMS tahap II akan dimulai tahun 2010 dan akan selesai tahun 2011. Setelah itu, kami akan membangun SMS tahap III, sambung-menyambung menjadi satu. Semuanya akan berada di lahan Sentra Gading Serpong, CBD di kawasan ini seluas 17 hektar.

Pembangunan secara bertahap ini memang strategi kami. Kalau kami membangun sekaligus lengkap, kami khawatir malah banyak gerai yang kosong sehingga tidak efektif dan tidak efisien. Jumlah penghuni di Summarecon Serpong terus bertambah. Mereka yang sudah membeli rumah tapi belum menempati, akan memutuskan pindah ke Serpong jika berbagai fasilitas sudah dibangun. Kalau jumlah KK makin bertambah, pembangunan mal tahap berikutnya menjadi lebih mudah.

Fasilitas apa saja yang menjadi ikon dan andalan di Summarecon Serpong?
Daya tarik orang bersedia pindah ke Summarecon Serpong adalah fasilitas pendidikan yang lengkap. Di Summarecon Serpong, kami memulai dengan lembaga pendidikan  Takanita dan BPK Penabur. Lalu menyusul Sekolah Pahoa dengan trilingual, yang didirikan Pak Sutjipto Nagaria, pemilik Summarecon.

Sekarang sudah ada perguruan tinggi swasta, Universitas Multimedia Nusantara atau UMN milik Kelompok Kompas Gramedia. UMN direncanakan akan diresmikan pada hari Rabu 2 Desember oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kami akui setelah UMN yang dikelola grup dengan nama besar ini hadir di Summarecon Serpong, kawasan sekeliling kampus langsung hidup. Ruko habis terjual. Rumah-rumah laku keras. Kami segera membangun Scientist Square, tempat mahasiswa dan siswa yang bersekolah di kawasan ini berkumpul. Di sini akan ada kafe, tempat nongkrong, dan tempat pentas.

Seperti apa kelak wajah Summarecon Serpong?

Kami harapkan Summarecon Serpong kelak akan seperti Summarecon Kelapa Gading. Kami akan membangun fasilitas lain seperti hotel, apartemen dan gedung perkantoran di sini. Kami masih memiliki lahan kosong seluas 500 hektar yang akan terus dikembangkan.  

Di sekitar Serpong, kawasan terpadu Lippo Village, Alam Sutera dan BSD City yang juga memiliki mal. Komentar Anda?
Kami yakin masing-masing pengembang saling melengkapi dan tidak saling menjegal. Kami percaya tidak akan kehilangan kue, bahkan kami yakin kue kami malah akan bertambah. Yang harus kami pegang adalah tenant. Kalau tenant tidak loyal, itu yang berbahaya. Untuk itu kami harus mendatangkan pengunjung ke mal dengan menciptakan sebanyak mungkin event.  (Robert Adhi Ksp)

This content has passed through fivefilters.org.

KONSTRUKSI : Belum Ada Standar "Green Building" di Indonesia

Posted: 25 Nov 2009 07:08 AM PST

Laporan wartawan KOMPAS.com Caroline Damanik

Rabu, 25/11/2009 | 22:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya menjadikan green building di Indonesia sudah banyak terdengar. Bahkan banyak gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, sekolah yang mengklaim sebagai green building. Tapi tahukah Anda, standar apa yang digunakan untuk menunjukkan suatu gedung patut dikategorikan ramah lingkungan?

Direktur Procon Integrated Property Solutions, Gunawan Yonatan mengatakan belum ada standar yang jelas dalam penetapan label green building untuk gedung-gedung di Indonesia, terutama Jakarta. "Green-nya standarnya apa dulu? Usahanya sudah ada tapi standarnya belum ada," tuturnya di sela acara Anugerah Jakarta Green Office 2009 di FX Plaza, Rabu (25/11).

Menerka alasan sejumlah gedung menetapkan diri sebagai green building, dengan berseloroh Gunawan mengatakan para pengelola mungkin menggunakan standar sendiri yang disebutnya 'Standar Jakarta'. Parameternya sendiri tak jelas, lanjut Gunawan.

Gunawan enggan mengatakan karena ketiadaan standar atau pakem maka upaya green building sendiri untuk menjaga bumi sebenarnya tengah mengalami disorientasi. Namun, dia menegaskan bahwa sudah sepatutnya ada suatu standar yang ditetapkan bersama oleh pemerintah daerah dan asosiasi untuk memiliki standardisasi green building.

"Tengah digodok, tapi belum tahu juga kapan dan bagaimana," ungkapnya.

Merespon adanya standardisasi atau aturan tegas soal green building, Pejabat Harian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) DKI Jakarta Ridwan Panjaitan mengatakan hal ini tengah dibicarakan.

"Green building akan selabel dengan pergub sedang dalam proses pembahasan dan harus dibahas bersama stakeholder sehingga masukan lebih operasional," ujarnya.

This content has passed through fivefilters.org.

BERITA : Pengembang Properti Beri Subsidi Bunga

Posted: 24 Nov 2009 04:16 AM PST

Laporan wartawan nadia Citra Surya

Selasa, 24/11/2009 | 19:16 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -  Kendati perbankan masih belum menurunkan bunga kredit perumahan, sejumlah pengembang properti, khususnya pengembang kawasan hunian, mulai agresif menjaring konsumen. Caranya bermacam-macam untuk menjaring pembeli.

PT Lippo Karawaci Tbk, pengembang properti Grup Lippo, misalnya. Daripada menunggu bunga turun, mereka memilih memberikan subsidi pada pembeli.

Alhasil, berapapun bunga yang dibebankan dari bank, konsumen properti Lippo membayar bunga tetap sebesar 6 persen. "Penawaran bunga fix ini diberikan selama satu tahun kredit," kata Budhi Gozali, Direktur St. Moritz, kawasan superblok di Jakarta Barat yang tengah dikembangkan PT Lippo Karawaci Tbk.

Menurut Budhi, pemberian subsidi bunga ini mereka lakukan untuk mendongkrak minat konsumen agar segera bertransaksi dan memborong pasokan hunian. "Kami memang ingin segera memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi ini, " kata Budhi.

Langkah yang mereka pilih ini, ternyata cukup efektif. Direktur PT Lippo Karawaci Tbk, Jopy Rusli memberi contoh penjualan di Kemang Village, proyek Lippo di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Jika sebelumnya pembelian melalui kredit kepemilikan apartemen (KPA) hanya memberikan kontribusi 30 persen, "Namun hingga akhir pekan kemarin, kontribusi pembelian apartemen lewat KPA di St. Moritz telah mencapai 50% dari total penjualan," papar Jopy.

St. Moritz sendiri menggandeng beberapa bank untuk memberikan KPA. Sebut saja Bank Mandiri, Bank BNI, CIMB Niaga, Permata Bank, Bank BII, BTN, dan Cipta Dana Multifinance.

Berbeda dengan Lippo, Podomoro City justru tak terlalu mengandalkan pembeli yang mengambil fasilitas KPA. Maklum saja, "Konsumen kami yang mengambil KPA, tak lebih dari 30 persen," kata Matius Jusuf, Direktur Pemasaran Podomoro City.

Karenanya, Podomoro City tak terlalu agresif melakukan kerjasama dengan perbankan. Mereka hanya menggandeng sedikit bank, seperti Bank BII, CIMB Niaga, serta Permata Bank. Sebaliknya, Podomoro City lebih memilih memberikan sendiri skema angsuran kepada konsumen mereka.

Hendra Hartono, Direktur Pelaksana PT Procon Indah mengamini tren seperti ini. Penurunan BI rate yang tidak diikuti perbankan dengan menurunkan bunga konsumsi, kata Hendra, membuat pengembang lebih aktif memberikan kemudahan pembayaran bertahap. Pengembang juga menyodorkan skema pembayaran dengan jangka waktu cukup panjang dan fleksibel. (Nadia Citra Surya/KONTAN)

Editor: ksp

This content has passed through fivefilters.org.