Selasa, 01 Desember 2009
Rumah Idaman “FIGUR : Jopy Rusli: Lippo Terus Kembangkan Kawasan Properti Terpadu” plus 4 more
Rumah Idaman “FIGUR : Jopy Rusli: Lippo Terus Kembangkan Kawasan Properti Terpadu” plus 4 more |
- FIGUR : Jopy Rusli: Lippo Terus Kembangkan Kawasan Properti Terpadu
- FIGUR : Erwin Hawawinata, Arsitek yang Mengglobal
- FIGUR : Bisnis Properti Bergairah, SMS Tahap II Dibangun 2010
- KONSTRUKSI : Belum Ada Standar "Green Building" di Indonesia
- BERITA : Pengembang Properti Beri Subsidi Bunga
FIGUR : Jopy Rusli: Lippo Terus Kembangkan Kawasan Properti Terpadu Posted: 30 Nov 2009 05:29 AM PST Senin, 30/11/2009 | 20:29 WIB KOMPAS.com - Penjualan unit apartemen Kemang Village di Jakarta Selatan laris seperti kacang goreng. Setelah tiga menara habis terjual dan dapat ditempati mulai pertengahan tahun 2010, pengembang PT Lippo Karawaci Tbk yang membangun kawasan terpadu Kemang Village pun menambah dua menara lagi, yang akan selesai tahun 2011. Keberhasilan Grup Lippo memasarkan Kemang Village dan kemudian merealisasikannya menjadi kawasan terpadu dan terintegrasi merupakan sukses fenomenal dalam bisnis properti. Jopy Rusli, Direktur PT Lippo Karawaci Tbk terlibat dalam proyek Kemang Village sejak awal. Bahkan arsitek lulusan Oregon University tahun 1986 ini termasuk arsitek yang membangun Lippo Village. "Saya bersyukur dapat terlibat proyek Kemang Village dan Lippo Village sejak awal," katanya. Awalnya Jopy yang lahir di Jakarta, 8 Juli 1962 ini bercita-cita menjadi seniman. Ketika akan melanjutkan sekolah, Jopy ditanya ayahnya, akan menjadi apa kelak. Jopy menjawab pilihan pertama adalah arsitektur, pilihan kedua arsitektur, dan pilihan ketiga arsitektur. Akhirnya Jopy menjadi arsitek setelah meraih Bachelor of Architecture dari University of Oregon, Amerika Serikat. Jopy kemudian bekerja di perusahaan arsitek di San Diego, AS dan mendesain rumah-rumah pribadi yang eksklusif. Lama bergelut di bidang seni arsitektur, Jopy kemudian mengambil MBA di San Diego National University. Jopy kuliah pada malam hari, khusus mengambil spesialisasi real-estate. Setelah ayahnya meninggal dunia, Jopy kembali ke Indonesia. Dia sempat bekerja di Duta Anggada, Grup Gunung Sewu, sebagai Direktur selama tiga tahun (1990-1993). Jopy kemudian pindah ke Grup Lippo yang saat itu agresif membangun kawasan Lippo Village di Tangerang. Jopy adalah arsitek yang pertama di Indonesia yang memperkenalkan gaya mediterania dalam hunian kelas atas di Lippo Village dan Lippo Cikarang, dan sekarang menjadi tren properti di mana-mana. Berikut ini petikan wawancara khusus Robert Adhi Ksp dari Kompas.com dengan Direktur PT Lippo Karawaci Tbk, Jopy Rusli, yang juga bertanggung jawab dalam proyek Kemang Village. Bagaimana cara Kemang Village menangani banjir di kawasan itu? Saat ini konsep green building makin mengemuka dalam dunia properti. Apa yang dilakukan Kemang Village terkait konsep green building? This content has passed through fivefilters.org. |
FIGUR : Erwin Hawawinata, Arsitek yang Mengglobal Posted: 28 Nov 2009 02:06 AM PST Sabtu, 28/11/2009 | 17:06 WIB KOMPAS.com - Arsitek Erwin Hawawinata adalah arsitek Indonesia yang karya-karyanya mengglobal. "Saya berharap arsitek Indonesia lebih percaya diri karena karya-karya arsitek Indonesia sebenarnya jauh lebih baik dibandingkan arsitek asing," kata Erwin dalam percakapan dengan Kompas.com di sebuah hotel di kawasan Senayan, Sabtu (28/11) petang. Arsitek Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung angkatan 1994 ini menilai arsitek Indonesia sesungguhnya lebih kreatif dalam hal desain dan material sampai "finishing". "Sumber daya manusia dan kreativitas arsitek Indonesia lebih unggul," kata Erwin, lulusan SMA Regina Pacis Bogor ini. Erwin menambahkan, agar arsitek Indonesia mampu bersaing dengan arsitek luar negeri, arsitek lokal harus meningkatkan wawasan, sering melakukan perjalanan, dan mengikuti acara-acara arsitektur agar mengetahui tren dunia yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Selain itu arsitek Indonesia juga harus menguasai ilmu marketing agar dapat menjual ide kepada klien dengan tepat. Erwin memang boleh berbangga hati karena karya-karyanya diakui orang asing. Saat ini Erwin mengerjakan proyek rumah residensial pribadi seluas 1.700 meter persegi di kawasan Bukit Damansara, Kuala Lumpur, Malaysia, dan juga sebuah rumah seluas 1.200 meter persegi di Yaman. Kedua rumah itu dibangun dengan gaya kolonial, sementara interiornya bergaya fusion. Pemilik rumah berbangsaan Malaysia dan Yaman itu memiliki bisnis di Indonesia. Proyek di mancanegara tersebut akan selesai tahun 2010. Menurut Erwin, yang membuat tim arsitek Hawawinata & Associates ini unik karena tim ini memiliki kemampuan sketsa tangan. "Tim arsitek kami melihat lahan kosong, langsung dapat membuat sketsa tangan, akan menjadi seperti apa rumah di lahan kosong itu kelak. Ini poin plus. Klien langsung memperoleh hasil sketsa pada hari itu juga. Proses ini langsung dilanjutkan dengan visualisasi dalam bentuk tiga dimensi (3D) agar klien dapat mengetahui 90 persen konsep yang dibuat arsitek," jelas Erwin, anak ketiga dari empat bersaudara Hawawinata itu. Monumental Rumah-rumah karya Erwin Hawawinata ini boleh dibilang proyek mercusuar. "Bukan saja soal uangnya, tetapi juga monumental. Orang bisa melihat bahwa ini hasil karya arsitek lokal, arsitek Indonesia. Saya ingin mengedukasi klien bahwa karya arsitek Indonesia juga bagus dan relatif terjangkau," katanya. Salah satu karya Erwin di Jakarta adalah gedung Da Vinci, yang selesai tahun 2003 lalu. Selain itu Erwin mengerjalan desain khusus executive lounge untuk Camus di Bellagio, dan beberapa restoran di Jakarta. Karya-karya Edwin tidak sekadar bangunan biasa. "Saya membangun sesuatu dengan nyawa. Setiap rumah yang dibangun harus mampu bercerita, dan setiap rumah memilik cerita yang berbeda," kata Erwin yang sudah berkeliling dunia, melihat tren arsitek hingga ke Milan, Valencia, Paris, Singapura, Hongkong dan berbagai kota lainnya di mancanegara. Lulus dari Unpar Bandung tahun 1999, Erwin langsung bergabung di Da Vinci sebagai junior designer dan kemudian senior designer. Tahun 2000, Erwin menjadi Chief Designer Da Vinci. Divisi baru yang dipimpinnya itu dibentuk untuk mempermudah klien mendapatkan apa yang diinginkan. "Kami menawarkan layanan, dapat membuat konsep rumah sesuai keinginan klien. Semacam adviser klien," ujarnya. Sejak itu, cerita Erwin, dia mulai mendapatkan proyek tanah kosong. Tahun 2005, Erwin menjadi General Manager Da Vinci. Tiga tahun kemudian, Erwin keluar dan membentuk perusahaan associate design sendiri. "Kami menjadi konseptor rumah, membantu klien dari segi budgeting sampai finishing. Kami yakinkan klien bahwa mereka akan mendapatkan konsep rumah dengan hasil terbaik dan anggaran yang relatif lebih hemat. Ini penting ditekankan karena bagus dan mahal itu gampang, tapi bagus dan hemat itu kan tidak mudah. Ini yang jadi kepedulian kami," katanya. This content has passed through fivefilters.org. |
FIGUR : Bisnis Properti Bergairah, SMS Tahap II Dibangun 2010 Posted: 26 Nov 2009 06:19 AM PST Kamis, 26/11/2009 | 21:19 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Direktur PT Summarecon Agung Tbk, Johanes Mardjuki, optimistis bisnis properti pada tahun-tahun mendatang makin bergairah, terutama karena suku bunga rendah dan situasi keamanan di negeri ini stabil. Perusahaan yang dipimpinnya sejak tahun 2006 ini mengembangkan ekspansinya ke Serpong, Tangerang, Banten dan ke Bekasi, Jawa Barat. Di Serpong, pengembang ini akan membangun Summarecon Mal Serpong (SMS) tahap kedua, mulai tahun 2010, dan dijadwalkan beroperasi pada akhir tahun 2011. Ini merupakan bagian dari pembangunan kawasan terpadu Summarecon Serpong. Di Bekasi, pengembang ini akan membangun kawasan terpadu Summarecon Bekasi di atas lahan seluas 250 hektar mulai tahun depan. Johanes Mardjuki, lulusan Fakultas Ekonomi jurusan Akuntan Universitas Trisakti Jakarta tahun 1984 ini bergabung dengan PT Summarecon Agung Tbk sejak tahun 1993, dan mengawali kariernya sebagai Audit Manager. "Semua berkat kerja sama tim, bukan hasil kerja perorangan," kata Johanes Mardjuki, alumnus SMA Kanisius Jakarta ini. Summarecon Mal Serpong dibangun di kawasan permukiman, yang relatif jauh dari Jakarta. Namun sejak beroperasi 28 Juni 2007 lalu, pusat perbelanjaan itu semakin ramai. Apa kiat Anda menyakinkan para penyewa (tenant) dengan brand besar, agar mau membuka gerai mereka di SMS? Saat SMS dibuka, sudah 70 persen penyewa yang buka. Kami berkeyakinan jika mal sudah buka 70 persen, pengunjung akan balik lagi ke mal itu. Sekarang SMS sudah penuh dan selalu ramai. Pengunjung SMS sudah 10 juta per tahun, padahal baru dua tahun dibuka. Sebagai perbandingan, pengunjung mal di Kelapa Gading 27 juta per tahun. Jadi perkembangan pengunjung SMS sangat pesat. Konsep SMS juga berbeda, ada tempat makan terbuka (alfresco dining) dengan live music berbeda setiap malam. Jadi ada komunitas berbeda yang datang. Setelah SMS ini sukses, apakah ada rencana membangun dan mengembangkan mal serupa tahap berikutnya? Pembangunan secara bertahap ini memang strategi kami. Kalau kami membangun sekaligus lengkap, kami khawatir malah banyak gerai yang kosong sehingga tidak efektif dan tidak efisien. Jumlah penghuni di Summarecon Serpong terus bertambah. Mereka yang sudah membeli rumah tapi belum menempati, akan memutuskan pindah ke Serpong jika berbagai fasilitas sudah dibangun. Kalau jumlah KK makin bertambah, pembangunan mal tahap berikutnya menjadi lebih mudah. Fasilitas apa saja yang menjadi ikon dan andalan di Summarecon Serpong? Sekarang sudah ada perguruan tinggi swasta, Universitas Multimedia Nusantara atau UMN milik Kelompok Kompas Gramedia. UMN direncanakan akan diresmikan pada hari Rabu 2 Desember oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kami akui setelah UMN yang dikelola grup dengan nama besar ini hadir di Summarecon Serpong, kawasan sekeliling kampus langsung hidup. Ruko habis terjual. Rumah-rumah laku keras. Kami segera membangun Scientist Square, tempat mahasiswa dan siswa yang bersekolah di kawasan ini berkumpul. Di sini akan ada kafe, tempat nongkrong, dan tempat pentas. Di sekitar Serpong, kawasan terpadu Lippo Village, Alam Sutera dan BSD City yang juga memiliki mal. Komentar Anda? This content has passed through fivefilters.org. |
KONSTRUKSI : Belum Ada Standar "Green Building" di Indonesia Posted: 25 Nov 2009 07:08 AM PST Laporan wartawan KOMPAS.com Caroline Damanik Rabu, 25/11/2009 | 22:08 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya menjadikan green building di Indonesia sudah banyak terdengar. Bahkan banyak gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, sekolah yang mengklaim sebagai green building. Tapi tahukah Anda, standar apa yang digunakan untuk menunjukkan suatu gedung patut dikategorikan ramah lingkungan? Direktur Procon Integrated Property Solutions, Gunawan Yonatan mengatakan belum ada standar yang jelas dalam penetapan label green building untuk gedung-gedung di Indonesia, terutama Jakarta. "Green-nya standarnya apa dulu? Usahanya sudah ada tapi standarnya belum ada," tuturnya di sela acara Anugerah Jakarta Green Office 2009 di FX Plaza, Rabu (25/11). Menerka alasan sejumlah gedung menetapkan diri sebagai green building, dengan berseloroh Gunawan mengatakan para pengelola mungkin menggunakan standar sendiri yang disebutnya 'Standar Jakarta'. Parameternya sendiri tak jelas, lanjut Gunawan. Gunawan enggan mengatakan karena ketiadaan standar atau pakem maka upaya green building sendiri untuk menjaga bumi sebenarnya tengah mengalami disorientasi. Namun, dia menegaskan bahwa sudah sepatutnya ada suatu standar yang ditetapkan bersama oleh pemerintah daerah dan asosiasi untuk memiliki standardisasi green building. "Tengah digodok, tapi belum tahu juga kapan dan bagaimana," ungkapnya. Merespon adanya standardisasi atau aturan tegas soal green building, Pejabat Harian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLHD) DKI Jakarta Ridwan Panjaitan mengatakan hal ini tengah dibicarakan. "Green building akan selabel dengan pergub sedang dalam proses pembahasan dan harus dibahas bersama stakeholder sehingga masukan lebih operasional," ujarnya. This content has passed through fivefilters.org. |
BERITA : Pengembang Properti Beri Subsidi Bunga Posted: 24 Nov 2009 04:16 AM PST Laporan wartawan nadia Citra Surya Selasa, 24/11/2009 | 19:16 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Kendati perbankan masih belum menurunkan bunga kredit perumahan, sejumlah pengembang properti, khususnya pengembang kawasan hunian, mulai agresif menjaring konsumen. Caranya bermacam-macam untuk menjaring pembeli. PT Lippo Karawaci Tbk, pengembang properti Grup Lippo, misalnya. Daripada menunggu bunga turun, mereka memilih memberikan subsidi pada pembeli. Alhasil, berapapun bunga yang dibebankan dari bank, konsumen properti Lippo membayar bunga tetap sebesar 6 persen. "Penawaran bunga fix ini diberikan selama satu tahun kredit," kata Budhi Gozali, Direktur St. Moritz, kawasan superblok di Jakarta Barat yang tengah dikembangkan PT Lippo Karawaci Tbk. Menurut Budhi, pemberian subsidi bunga ini mereka lakukan untuk mendongkrak minat konsumen agar segera bertransaksi dan memborong pasokan hunian. "Kami memang ingin segera memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi ini, " kata Budhi. Langkah yang mereka pilih ini, ternyata cukup efektif. Direktur PT Lippo Karawaci Tbk, Jopy Rusli memberi contoh penjualan di Kemang Village, proyek Lippo di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Jika sebelumnya pembelian melalui kredit kepemilikan apartemen (KPA) hanya memberikan kontribusi 30 persen, "Namun hingga akhir pekan kemarin, kontribusi pembelian apartemen lewat KPA di St. Moritz telah mencapai 50% dari total penjualan," papar Jopy. St. Moritz sendiri menggandeng beberapa bank untuk memberikan KPA. Sebut saja Bank Mandiri, Bank BNI, CIMB Niaga, Permata Bank, Bank BII, BTN, dan Cipta Dana Multifinance. Berbeda dengan Lippo, Podomoro City justru tak terlalu mengandalkan pembeli yang mengambil fasilitas KPA. Maklum saja, "Konsumen kami yang mengambil KPA, tak lebih dari 30 persen," kata Matius Jusuf, Direktur Pemasaran Podomoro City. Karenanya, Podomoro City tak terlalu agresif melakukan kerjasama dengan perbankan. Mereka hanya menggandeng sedikit bank, seperti Bank BII, CIMB Niaga, serta Permata Bank. Sebaliknya, Podomoro City lebih memilih memberikan sendiri skema angsuran kepada konsumen mereka. Hendra Hartono, Direktur Pelaksana PT Procon Indah mengamini tren seperti ini. Penurunan BI rate yang tidak diikuti perbankan dengan menurunkan bunga konsumsi, kata Hendra, membuat pengembang lebih aktif memberikan kemudahan pembayaran bertahap. Pengembang juga menyodorkan skema pembayaran dengan jangka waktu cukup panjang dan fleksibel. (Nadia Citra Surya/KONTAN) Editor: ksp This content has passed through fivefilters.org. |
You are subscribed to email updates from KOMPASproperti To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar