Minggu, 28 Februari 2010

Rumah Idaman Loemongga: Utamakan Kualitas Desain dalam Produk Properti

Rumah Idaman Loemongga: Utamakan Kualitas Desain dalam Produk Properti


Loemongga: Utamakan Kualitas Desain dalam Produk Properti

Posted: 28 Feb 2010 12:52 PM PST

Minggu, 28/2/2010 | 20:52 WIB

KOMPAS.com -  LOEMONGGA Haoemasan Nasution pernah populer sebagai finalis Gadis Sampul 1989 dan menjadi model Indonesia. Kini Loemongga beralih menjadi pengusaha properti, dengan jabatan lengkapnya Presiden Direktur PT Asiana Lintas Cipta. Bersama sejumlah sahabatnya, Mongga membangun sejumlah proyek properti dengan desain yang dirancang dengan cermat.

Dalam percakapan khusus dengan Robert Adhi Ksp dari Kompas.com, Kamis (25/2/10) lalu, Mongga, nama panggilannya, mengungkapkan awalnya dia bercita-cita menjadi arsitek, tapi tidak kesampaian. Karena Mongga melanjutkan pendidikan di Boston College, Amerika dalam bidang keuangan, Mongga sempat bekerja di bidang keuangan di Bakrie Brothers, PriceWaterHouse Coopers, dan di ING Bank sebagai bankir.

Namun Mongga mengaku passion-nya di dunia arsitektur. Dia seringkali membeli buku-buku tentang arsitektur, buku-buku interior.

Mongga mulai terlibat dalam bisnis properti ketika suatu hari dia bertemu dengan sahabatnya, Alifa, yang kemudian menjadi mitra bisnis dalam proyek-proyek propertinya. Ketika itu Alifa sedang membangun sekolah kecil, dan Mongga sering memberi masukan. Alifa kemudian menangkap minat Mongga, lalu mengajaknya bekerja sama dalam bisnis properti.

Perempuan Batak Mandailing kelahiran Bandung, 9 September 1973 ini kemudian bersama Alifa membeli tanah seluas 2.000 meter persegi di Jalan Bangka IX, Jakarta Selatan. Lalu mereka meminta teman seorang arsitek untuk merancang rumah kecil-kecil, sembilan rumah di lahan seluas 2.000 m2. Tapi karena dana belum ada, pembangunan berikutnya tersendat. Waktu itu akhir tahun 2004.

Mongga dan mitranya berpikir pembangunan dilanjutkan kapan-kapan setelah dana tersedia. Tak disangka, ada pembelinya. "Lucu deh Mongga bikin rumah," demikian kata si pembeli itu seperti diceritakan kembali oleh Mongga.

Harga rumah itu tidak terlalu mahal dan pembelinya senang. Akhirnya dari mulut ke mulut, sembilan rumah yang dinamakan dengan nama Rumah Bangka itu pun laris terjual.

Mongga berlanjut ke proyek berikutnya. "Saya mulai percaya diri. Pembeli pun memesan kembali karena dia menjual lagi rumah-rumah yang kami bangun, ke orang lain. Pertama karena tepat waktu (delivery on-time), dan kedua karena kualitasnya lumayan, tidak mengecewakan," ungkap Mongga.

Proyek-proyek berikutnya adalah Rumah Ampera, Cira (Cipinang Muara), Rumah Kemang (di Kemang Timur), lalu ada Nirvana Kemang. "Nirvana Kemang adalah proyek apartemen pertama," katanya. Mongga bekerja sama dengan Alifah, Cindar, Hanifah Komala, dan Herman Budiman, untuk membangun apartemen Nirvana ini.

Arsitek yang membangun Nirvana Kemang adalah Chan Soo Kian dari SCDA Architects yang berulang kali menerima penghargaan arsitektur. "Konsep Nirvana memang meniru konsep Singapura. Di negeri itu, semua dibangun vertikal. Tanah sempit, desain kompak, tapi tetap ada kolam renang," jelas Mongga.

Nirvana dibangun di atas lahan 3.000 m2 di kawasan Kemang dengan tinggi 14 lantai. Namun karena lantau 4 dan lantai 13 ditiadakan, apartemen Nirvana menjadi 17 lantai. "Yang laku pertama adalah lantai delapan," ungkapnya.

Proyek properti lainnya yang dikerjakan Mongga adalah Biu Biu di Jimbaran, Bali. Di atas lahan seluas 2 hektar, Mongga membangun 10 vila besar, setiap vila memiliki lahan 1.500 m2 sampai 2.000 m2. Vila-vila itu dijual ke pembeli, lalu disewakan kembali. Posisinya di atas bukit, sedangkan di bawahnya adalah Pantai Biu Biu. Karena itulah produk properti ini disebut Biu Biu.

Mongga dan kawan-kawannya yang tergabung dalam Asiana Lintas Cipta sedang membangun proyek properti lainnya, Senopati Suites dan Bintaro Oasis. Lahan di Bintaro sekitar 4 hektar.

Tak suka produk massal

Mongga memang tidak membangun proyek properti di lahan yang luas. "Saya tak berani main dalam proyek massal. Saya sendiri sebagai pembeli, tak suka mass product. Jadi sebetulnya proyek-proyek properti ini mencerminkan keinginan saya, keinginan Loemongga seperti apa," tuturnya.

Mongga mengaku menggeluti pekerjaannya dalam dunia properti dengan passion. "Yang pasti ke depan, saya mengutamakan desain. Saya percaya bahwa desain meningkatkan quality of life. Kalau kualitas rumah baik, orang yang tinggal di sana juga baik. Ini investasi saya sebagai developer. Memang ada yang tanya pada saya, mengapa harus bayar arsitek mahal-mahal? Saya tetap berpendapat bahwa tata ruang harus baik, pencahayaan harus baik," katanya.

Desain seperti apa yang disukai Mongga? "Saya sebetulnya tidak fanatik pada satu desain. Saya senang dengan semua desain. Kalau di Kemang, kita bikin desain klasik, rasanya tak cocok. Kalau di Menteng, kita bikin art-deco classic, pasti cocok. Jadi desain dalam proyek properti harus blend dengan lingkungan, disesuaikan dengan lingkungan," paparnya.

Bagaimana dengan penerapan green property? "Green property memang keharusan. Kami menerapkan prinsip-prinsip green property pada proyek-proyek terbaru. Ini sudah bagian dari perencanaan. Misalnya kami menggunakan lampu LED. Memang mahal dalam investasi awal tapi setelah itu akan menghemat perawatan. Di Bali, kami sudah mulai menggunakan panel tenaga surya, dan menggunakan kayu-kayu yang bersertifikat, bukan illegal logging. Pada proyek di Ubud, kami menghindari pemakaian AC terlalu banyak. Tata ruang dan aliran udara dirancang agar penggunaan AC tidak banyak. Sejak desain, hal-hal begini sudah direncanakan. Demikian juga pengolahan limbah.

Mongga mengaku rindu menjadi presenter. "Tapi saya tak punya banyak waktu lagi. Tawaran harus live, harus setiap hari, harus di luar kota. Saya tak mungkin punya waktu lagi. Kalau weekend, saya bermain dengan anak-anak. Atau saya membaca buku, berolahraga, ke gym, berenang, yoga. Saya berusaha hidup seimbang. (Robert Adhi Ksp)

Five Filters featured article: Chilcot Inquiry. Available tools: PDF Newspaper, Full Text RSS, Term Extraction.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar