Rabu, 06 Juli 2011

Rumah Idaman “Demi Fungsi, Pintar-pintarlah Menyembunyikan Laci!” plus 2 more

Rumah Idaman “Demi Fungsi, Pintar-pintarlah Menyembunyikan Laci!” plus 2 more


Demi Fungsi, Pintar-pintarlah Menyembunyikan Laci!

Posted: 06 Jul 2011 11:58 PM PDT

KOMPAS.com - Seiring pesatnya perkembangan interior, furnitur ikut diciptakan untuk memiliki beragam fungsi. Laci-laci yang tersembunyi di bawah tempat tidur, misalnya.

Sebagai alternatif wadah yang dapat dimanfaatkan, laci-laci yang tersembunyi di bawah tempat tidur sangat cocok bila ditempatkan di tempat tidur anak-anak. Di bawah tempat tidur yang kosong misalnya, yang biasanya hanya menjadi tempat berkumpulnya debu dan kotoran dan hanya akan memberi efek buruk bagi kesehatan anak-anak.

Saat ini, semakin banyak produk tempat tidur yang dijual dengan tambahan laci penyimpanan. Biasanya terdapat dua sampai tiga laci pada satu sisi tempat tidur. Namun, tak menutup kemungkinan bila Anda ingin memesan produk seperti ini dengan jumlah laci penyimpanan sesuai ukuran dan kebutuhan.

Laci penyimpan di tempat tidur anak bisa Anda gunakan untuk menyimpan mainan, buku, atau perlengkapan anak yang sudah tidak dipakai lagi. Laci-laci ini juga untuk menyimpan pakaian anak menggantikan fungsi lemari bila kamar anak relatif mungil.

Bagaimana bila dalam keadaan tidak dibuka? Laci penyimpanan akan tersimpan rapi dan tidak terlihat. Jika ingin dibuka, biasanya desain bagian luar dibuat dengan handle yang juga tersembunyi. 

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: Ten Years Of Media Lens - Our Problem With Mainstream Dissidents.

Cermat Mengatur Penerangan di Kamar Anak

Posted: 06 Jul 2011 11:18 PM PDT

KOMPAS.com - Kamar anak harus sehat supaya anak tetap beraktivitas dengan lincah dan ceria. Untuk mewujudkan kamar anak yang sehat, Anda bisa melakukannya dengan memperlancar sirkulasi udara yang masuk dan keluar, serta mengatur penerangan di dalamnya.

Memperlancar sirkulasi udara bisa dilakukan dengan memberi bukaan dalam kamar yang menghadap ke luar. Bukaan alamiah seperti jendela akan memuluskan cahaya matahari serta udara segar berganti keluar masuk kamar anak.

Kamar yang cukup cahaya matahari dan udara akan mengusir kelembaban. Kamar yang lembab kurang baik untuk pernafasan anak. Maka, agar lebih maksimal, tempatkan meja belajar atau area bermain yang dekat dengan jendela. Cukupnya sinar matahari saat melakukan kegiatan di dua area ini akan menghemat penggunaan listrik untuk lampu pada siang hari.

Selain pencahayaan alami, Anda juga perlu menempatkan penerangan sekunder yang berasal dari lampu saat malam tiba. Lampu yang Anda butuhkan sebaiknya ditempatkan di langit-langit sebagai lampu utama pada malam hari. Begitu juga lampu di area belajar saat buah hati belajar pada sore atau malam hari.

Lampu tambahan di dekat tempat tidur atau nakas dapat juga ditempatkan bila anak tidak suka kamarnya dalam keadaan gelap. Hindari penggunaan lampu meja yang rentan tersenggol oleh anak dan pastikan bahwa semua colokan listrik tertutup atau aman dari jangkauan anak.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: Ten Years Of Media Lens - Our Problem With Mainstream Dissidents.

22 Tahun, Menanti JORR Membingkai Jakarta

Posted: 06 Jul 2011 11:14 PM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com - Jalan Tol Lingkar Luar atau Jakarta Outer Ring Road (JORR) telah mulai dibangun sejak 1989. Namun hingga saat ini, terhitung hampir 22 tahun kemudian, rangkaian tol yang dirancang mengitari sisi-sisi luar Ibukota belum juga bisa disempurnakan.

Sebuah penggalan kecil sepanjang 7,8 Km di sisi Selatan-Barat Jakarta menjadi penyebabnya. Ruas yang disebut West (Barat) 2 atau W2 dari Ulujami, Jakarta Selatan hingga Kebon Jeruk, Jakarta Barat, itu masih terkendala problema klasik: pembebasan lahan.

Ketua Tim Pengadaan Tanah W2N Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Ambardy Effendi mengungkapkan kepada wartawan di Kantor Walikota Jakarta Barat (Jakbar), Rabu (6/7/2011), sekitar 21 bidang tanah di wilayah Jakarta Barat belum juga dibebaskan.

Di tempat yang sama, Walikota Jakbar H. Burhanuddin menyatakan, pembebasan lahan milik warga telah diselesaikan. Dengan demikian, total lahan siap bangun sudah mencapai 90 persen.

Salah satu halangan utama itu adalah ruas sepanjang 1,5 Km yang bersentuhan langsung dengan lahan seluas 10,5 Ha milik PT CI. Perusahaan pengembang properti ini merupakan salah satu dari tiga pengembang yang seharusnya menyerahkan lahan fasilitas sosial dan fasilitas umum (fasos/fasum) kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk pembangunan jalan tol. Dua perusahaan lainnya telah menyerahkan lahan fasos/fasum masing-masing.

Sayangnya, hingga kini PT CI tak kunjung mengikuti langkah serupa. Persoalan ganti rugi disinyalir sebagai alasannya.

Adapun total anggaran pembebasan lahan W2 yang telah dikeluarkan hingga saat ini telah mencapai Rp 610 miliar. Angka tersebut jauh melampaui target pengeluaran pada 2006 sebesar Rp 554 miliar.

Saat ini, dengan 10 persen lahan yang masih bermasalah, dipastikan dana yang harus dikeluarkan akan terus membengkak. Pembengkakan biaya jugalah yang menyebabkan konstruksi W2, yang menurut rencana dimulai pada 2009, masih juga terkatung-katung hingga kini.

"Kami tidak ingin konstruksi yang sedang berjalan harus terhenti sementara karena masalah pembebasan lahan," tutur Sonhadji, Direktur Utama PT LMJ, pemegang konsensi jalan tol W2.

Pasalnya, biaya penyewaan alat-alat untuk pengerjaan tol, lanjut Sonhadji, harus terus dibayar meskipun pengoperasiannya dihentikan sementara. Ia mengharapkan proyek tersebut sudah bisa direalisasikan mulai Juli mendatang.

Namun, dengan adanya 10 persen lahan bermasalah, rencana tersebut bisa kembali dipertanyakan. Apalagi, jika prosesnya harus berlanjut hingga ke pengadilan.

Membingkai Jakarta

JORR bukan sekadar jalur alternatif pengurai kemacetan di ruas tol dalam kota. Jalur yang membingkai DKI Jakarta ini bisa berfungsi sebagai lintasan utama kendaraan niaga dan penumpang dari arah Bali-Jawa menuju Sumatra, atau sebaliknya.

Kehadiran JORR tentu akan menghindarkan angkutan-angkutan tersebut memenuhi ruas-ruas jalan dalam kota yang sudah terlampau padat. Pembangunan ruas W2 semakin mendesak dengan adanya kesepakatan pembatasan waktu truk melintasi jalan tol dalam kota.

Aturan yang sempat mengundang kontroversi tersebut sebenarnya tidak menjadi masalah yang merugikan pihak pengusaha angkutan berat seandainya JORR Barat telah tersambung dengan ruas-ruas lainnya. Dengan tersambungnya JORR Barat-Selatan-Timur-Utara, angkutan berat yang hendak menuju ke Sumatera dan sebaliknya tidak perlu masuk jalan tol dalam kota.

Dari arah Jawa-Sumatera, kendaraan berat dari arah Tol Cikampek bisa langsung mengambil jalur JORR selatan dan dilanjutkan JORR Ulujami-Kembangan, untuk seterusnya menuju Merak. Dari arah sebaliknya, truk dapat melintasi jalur yang sama untuk menuju daerah-daerah di Pulau Jawa dan Bali. Bila kendaraan hendak menuju Pelabuhan Tanjung Priok, jalur yang melintasi Tol Pluit menuju Tol Tanjung Priok bisa dipilih.

Pihak Organda sempat menyebutkan realisasi JORR sebagai syarat penerapan aturan pembatasan waktu operasi angkutan berat di jalan tol dalam kota saat berlangsungnya rapat koordinasi di kantor Menko Perekonomian beberapa waktu lalu. Harapan Organda tentu menjadi harapan banyak orang yang juga membutuhkan adanya solusi kemacetan Ibukota. Namun, meskipun bukan solusi utama, keberadaan JORR dipastikan akan ikut menentukan terurainya kepadatan lalu lintas di jalan tol maupun jalur-jalur utama dalam kota Jakarta.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters featured article: Ten Years Of Media Lens - Our Problem With Mainstream Dissidents.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar