Kamis, 30 September 2010

Rumah Idaman “Investor Korea Selatan Bangun Hotel Bintang Lima di Palembang” plus 3 more

Rumah Idaman “Investor Korea Selatan Bangun Hotel Bintang Lima di Palembang” plus 3 more


Investor Korea Selatan Bangun Hotel Bintang Lima di Palembang

Posted: 30 Sep 2010 11:17 AM PDT

Jembatan Ampera, yang membentang di atas Sungai Musi sepanjang 1.777 meter dengan lebar 22 meter di tengah Kota Palembang, menjadi salah satu obyek wisata di Palemba

PALEMBANG, KOMPAS.com - Perusahaan Korea Selatan "Kun Hwa Consulting & Engeneering" siap membangun tiga hotel berbintang lima di Kota Palembang dengan total investasi mencapai Rp600 miliar.

Pemkot Palembang menawarkan kawasan pinggir Sungai Musi sesuai dengan yang mereka inginkan. Lokasinya tepat di pinggir sungai sebelah hilir tidak jauh dari kantor pemkot setempat selain itu di kawasan 10 Ulu Palembang.

-- Sayuti Hadim

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah setempat, Sayutin Hadim, di Palembang, Kamis mengatakan perwakilan perusahaan tersebut dijadwalkan kembali berkunjung pada Oktober nanti guna menindaklanjuti rencana investasi.

"Ketertarikan mereka membangun hotel di Kota Palembang tepatnya di pinggir Sungai Musi tersebut setelah mengikuti temu investor pada Juli lalu," kata Sayuti.

Menurut dia, pemerintah kota menawarkan kawasan pinggir Sungai Musi sesuai dengan yang mereka inginkan. Lokasinya tepat di pinggir sungai sebelah hilir tidak jauh dari kantor pemkot setempat selain itu di kawasan 10 Ulu Palembang.

Sayuti mengatakan, dengan berlanjutnya pertemuan dengan perwakilan "Kun Hwa Konsulting Engenering" nanti pihaknya berharap pembangunan segera terealisasi.
Sehingga Palembang kembali memiliki tiga hotel berbintang lima yang akan menjadi fasilitas wisata di daerah itu, katanya.

Dia menjelaskan, selain perusahaan Korea Selatan tersebut Hotel Ritz Carlton dan Grand Hyatt juga berminat membangun hotel di daerah itu. "Pertemuan lanjutan juga akan dilaksanakan dalam waktu dekat dengan pemilik dua hotel jaringan internasional itu," ujarnya.

Sayuti menambahkan, sampai saat ini Palembang masih menjadi tujuan utama investasi di bidang jasa dan perdagangan. Namun pihaknya berharap penanaman modal di sektor lain, seperti industri juga meningkat.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Beyond Hiroshima - The Non-Reporting of Falluja's Cancer Catastrophe.

Pangkalpinang Butuh 200 Kamar Hotel

Posted: 30 Sep 2010 11:05 AM PDT

PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel) setidaknya membutuhkan sebanyak 200 kamar hotel untuk mendukung program kepariwisataan di kota itu.

Saat ini jumlah kamar hotel dan penginapan di Pangkalpinang 26 hotel dan 614 kamar yang belum memadai menampung tamu. Terutama ketika ada kegiatan nasional dan acara tertentu seperti Cheng Beng (sembahyang kubur bagi warga Tionghoa).

-- Akhmad Elvian

"Pangkalpinang setidaknya membutuhkan 200 kamar untuk menampung tamu dan bagian upaya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di kota ini," kata Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Pangkalpinang, Akhmad Elvian di Pangkalpinang, Kamis.

Ia menjelaskan, saat ini jumlah kamar hotel dan penginapan di Pangkalpinang sekitar 26 hotel dan 614 kamar yang jumlahnya masih belum memadai untuk menampung tamu.
Terutama ketika ada kegiatan-kegiatan tertentu seperti Cheng Beng (sembahyang kubur bagi warga Tionghoa) dan event nasional yang diselenggarakan di Pangkalpinang.

"Kamar selalu penuh ketika ada kegiatan tertentu, sehingga tidak jarang menggunakan kamar hotel yang terdapat di luar Kota Pangkalpinang," ujarnya.

Menurut dia, bisnis perhotelan dan sektor kepariwisataan lainnya cukup menjanjikan di Pangkalpinang mengingat Babel memiliki sejumlah objek wisata menarik seperti objek wisata bahari, religius dan budaya.

"Kami optimistis kekurangan kamar bisa teratasi karena sudah ada beberapa investor yang berminat untuk berinvestasi di bidang perhotelan,"katanya. "Namun satu yang menjadi kendala adalah ketersediaan arus listrik," ujarnya.

Ia mengatakan, Pangkalpinang merupakan barometer pariwisata di Babel karena sejumlah tamu terlebih dahulu menginap di Pangkalpinang sebelum mengunjung sejumlah objek wisata menarik dan eksotis di Babel.

"Fasilitas pendukung lainnhya sudah cukup memadai, demikian juga dengan sumber daya manusia andal di sektor kepariwisataan terus ditingkatkan bagian upaya mendukung pembangunan kepariwisataan," ujarnya.

Pihaknya juga akan menurunkan tim untuk memantau Hotel Menumbing yang kondisinya kurang terawat dan kumuh sehingga dinilai kurang layak dijadikan sebagai hotel untuk mendukung program pariwisata.

"Kami akan memantau kondisi hotel tersebut dan menyarankan pemilik hotel untuk meningkatkan pembangunan dan manajemennya, kondisinya memprihatinkan dan kumuh padahal hotel itu terdapat di jantung Kota Pangkalpinang," ujarnya.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Beyond Hiroshima - The Non-Reporting of Falluja's Cancer Catastrophe.

Porsi KPR di Indonesia Sangat Mini

Posted: 30 Sep 2010 10:46 AM PDT

NUSA DUA, KOMPAS.com - Porsi penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) di Indonesia ternyata sangat mini. Saat ini, rasio KPR terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) baru sebesar 3 persen. Padahal, di negara-negara maju rasio penyaluran KPR terhadap PDB sudah menyentuh angka 50 persen.

Jika sensus Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan PDB Indonesia mencapai Rp 6.370 triliun, penyaluran KPR baru sebesar Rp 191,1 triliun. Bandingkan dengan total kredit perbankan yang mencapai Rp 1.632,1 triliun pada pertengahan September 2010 atau 25,62 persen dari PDB.

Presiden Direktur PT Bakrieland Development Tbk Hiramsyah S. Thaib mengatakan, penyaluran KPR di Indonesia ketinggalan jauh dari KPR di Inggris atau Amerika Serikat yang mencapai 50 persen PDB, bahkan lebih. Rasio KPR Indonesia hanya beda tipis dari rasio KPR India yang mencapai 5 persen.

"Meski KPR negara maju sudah tinggi, mereka masih berani memberikan insentif di sektor properti," ujar Hiramsyah di sela-sela The 25th Pan Pacific Conference of Real Estate Appraiser, Valuers, and Counselors, di Nusa Dua, Bali. Ia menilai, pertumbuhan KPR harus didorong mengingat di Indonesia ada kekurangan pasokan rumah sebanyak 8 juta unit. Angka ini setiap tahun bertambah sekitar 1 juta unit.

Hiramsyah menegaskan, pemerintah tidak perlu takut memberikan insentif khususnya ke sektor properti kelas menengah ke bawah. Misalnya, insentif berupa penurunan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). "BPHTB sebesar 5 persen itu terlalu tinggi, bagaimana mau mendorong orang beli rumah," kata Hiramsyah.

Penyaluran KPR di Indonesia ketinggalan jauh dari KPR di Inggris atau Amerika Serikat yang mencapai 50 persen PDB, bahkan lebih. Rasio KPR Indonesia hanya beda tipis dari rasio KPR India yang mencapai 5 persen.

-- Hiramsyah S Thaib

Padahal, di luar negeri pajak di sektor properti kecil karena properti merupakan sektor yang mendorong ekonomi bangsa dan menyerap banyak tenaga kerja, terutama di sektor konstruksi.

Ia mengutip pernyataan Real Estate Indonesia (REI) bahwa sektor properti memiliki multiplier effect 13 kali terhadap perekonomian. "Jadi, kalau pemerintah mau mendorong pertumbuhan ekonomi, selain infrastruktur yang harus didorong adalah sektor properti.

Berdasarkan data Bank Indonesia, hingga kuartal II 2010 penyaluran kredit properti mencapai Rp 230 triliun. Artinya, porsi kredit properti mencapai 14,52 persen dari total kredit perbankan pada kuartal II 2010 yang mencapai Rp 1.589,7 triliun.

Sebelumnya, General Manager Kredit Konsumer Bank BNI Diah Sulianto mengatakan, KPR masih menjadi andalan perbankan untuk menggenjot penyaluran kredit konsumsi. Ia menyebutkan, pertumbuhan KPR BNI tahun ini ditargetkan sebesar 20 persen. Hingga Juni 2010, BNI telah menyalurkan KPR sebesar Rp 11,2 triliun. (Hari Widowati/KONTAN)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Beyond Hiroshima - The Non-Reporting of Falluja's Cancer Catastrophe.

Hari Habitat Dunia Targetkan Kota Lebih Baik

Posted: 30 Sep 2010 09:32 AM PDT

JAKARTA, KOMPAS.com -  Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) pada bulan Oktober 2010 ini akan menyelenggarakan peringatan Hari Habitat Dunia (HHD) Tahun 2010 di Jakarta.

Tema ini menekankan pada pentingnya kualitas kota untuk menunjang kehidupan yang lebih baik, yang dapat mendorong potensi dan peluang, mengurangi kesenjangan serta menyediakan hunian yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat.

-- Oswar Mungkasa

Penyelenggaraan peringatan HHD 2010, yang ditetapkan oleh Majelis PBB jatuh setiap Senin pertama bulan Oktober ini diharapkan dapat mengingatkan dunia akan tanggung jawab bersama untuk masa depan permukiman yang lebih baik.

"Tema HHD 2010 adalah "Better City, Better Life" atau "Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik". Sedangkan peringatan HHD akan jatuh pada hari Senin tanggal 4 Oktober 2010," ujar Ketua Tim Pelaksana HHD 2010, Oswar Mungkasa, pada saat Rapat Koordinasi Panitia HHD 2010 di Ruang Prambanan, Jakarta, Rabu (29/9).

Menurut Oswar, tema ini menekankan pada pentingnya kualitas kota untuk menunjang kehidupan yang lebih baik, yang dapat mendorong potensi dan peluang, mengurangi kesenjangan serta menyediakan hunian yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan perayaan global HHD akan berlangsung di Shanghai, RRC pada tanggal 4 Oktober 2010.

Oswar yang juga menjabat sebagai Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenpera menambahkan, peringatan HHD 2010 di Indonesia dimaksudkan untuk meningkatkan kepedulian semua pihak (pemerintah pusat/daerah, pihak swasta, perguruan tinggi, masyarakat) serta mendorong pemikiran atas kondisi permukiman saat ini.

Sedangkan tujuannya adalah memberikan pemahaman ke masyarakat mengenai isu perumahan dan permukiman dan mendorong peran serta pemangku kepentingan bidang perumahan dan permukiman dalam kegiatan yang mendukung peningkatan pemahaman akan makna HHD dan implementasi Agenda Habitat, terutama generasi muda karena tanggung jawab keberlanjutan dunia di masa depan berada di tangan mereka.

"Salah satu keprihatinan dunia adalah meningkatnya perkotaan secara pesat. Sedangkan kemampuan pengelolaan sumberdaya di perkotaan masih terbatas," terangnya.

Lebih lanjut, Oswar menerangkan bahwa untuk dapat mewujudkan "Kota yang Lebih Baik", pihaknya ke depan juga akan melakukan berbagai upaya untuk menyosialisasikan pentingnya perumahan bagi sebuah bangsa dan mendorong keterlibatan berbagai pihak, baik di tingkat pemerintah pusat/provinsi, kota/kabupaten maupun di lingkungan masyarakat.

Selain itu, imbuh Oswar, sebagai peringatan puncak HHD akan dilakukan peluncuran buku bertajuk "Kilas Balik Perumahan 1900-2000" dan "Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Permukiman" pada tanggal 18 Oktober 2010 yang akan datang.

Dalam mendukung kampanye peringatan HHD, pihaknya juga merencanakan berbagai kegiatan pendukung, yaitu talkshow di media massa, seminar/forum diskusi tentang pembangunan perumahan, tur hijau kampung kota, tur permukiman layak huni, jambore sanitasi serta youth urban forum di Surabaya.

"Kami berharap peringatan HHD 2010 bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat dan generasi muda Indonesia akan pentingnya perumahan untuk masa depan sebuah bangsa. Sedangkan melalui peluncuran buku, kami ingin agar dapat diperoleh informasi tentang perumahan yang dapat dibaca serta dipahami oleh semua pihak dan memberikan makna tersendiri dalam peringatan HHD," harapnya.

Informasi tentang penyelenggaran peringatan HHD Tahun 2010 ini juga dapat dilihat pada alamat situs http://www.habitat-indonesia.or.id.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Beyond Hiroshima - The Non-Reporting of Falluja's Cancer Catastrophe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar