Selasa, 22 Februari 2011

Rumah Idaman “2010, Laba Bersih Summarecon Naik 30 Persen” plus 2 more

Rumah Idaman “2010, Laba Bersih Summarecon Naik 30 Persen” plus 2 more


2010, Laba Bersih Summarecon Naik 30 Persen

Posted: 23 Feb 2011 02:35 AM PST

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Sumarecon Agung Tbk (SMRA) berhasil membukukan peningkatan pendapatan dan laba bersih sepanjang tahun 2010 lalu. Manajemen menyebutkan,  sepanjang tahun lalu pendapatan mereka sudah mencapai Rp 1,5 triliun sampai Rp 1,6 triliun, naik 26,05 persen-34,45 persen dari periode yang sama pada tahun 2009, yang hanya mencapai Rp 1,19 triliun.

Michael Yong Sekretaris Perusahaan SMRA bilang, laba bersih tahun lalu juga meningkat sebesar 30 persen dibanding tahun 2009. Selama tahun 2009, laba bersih Summarecon Agung hanya mencapai Rp 167,34 miliar. Dengan begitu, laba bersih Summarecon sepanjang tahun 2010 bisa mencapai Rp 217,54 miliar.

Adapun di tahun ini, Sumarecon menargetkan pendapatan dan laba bersih bisa meningkat 20 persen. Jadi pendapatan Summarecon Agung ditargetkan bisa mencapai Rp 1,8 triliun - Rp 1,92 triliun. Sedangkan, laba bersih Summarecon bisa mencapai Rp 261,05 miliar.

Peningkatan pendapatan Summarecon, menurut Michael, masih banyak disumbang dari penjualan perumahan mereka. "Hampir 70 persen hasil pendapatan kami berasal dari penjualan perumahan," terang dia. Sedangkan sisanya berasal dari pendapatan mal dan apartemen.

Michael menduga, pendapatan Sumarecon ke depan masih akan banyak disumbang dari penjualan rumah di Serpong. "Sampai saat ini kami masih mempunyai landbank sebanyak 500 hektar di sana," kata dia. Selain itu, Summarecon juga masih mempunyai landbank di Bekasi seluas 220 hektar, dan Kelapa Gading sebanyak 20 hektar.

Summarecon Agung juga berencana mengakuisisi lahan di Bandung seluas 60 hektar. Menurut Michael rencana akuisisi tersebut akan menggunakan dana kas mereka. "Kebutuhannya diperlukan secara bertahap," jelasnya. Kebutuhan dana ekspansi diperkirakan Rp 300 miliar - Rp 500 miliar. (Avanty Nurdiana/KONTAN)

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Collateral Damage - WikiLeaks In The Crosshairs.

Investor Malaysia Bangun Treasure Bay di Bintan

Posted: 23 Feb 2011 01:59 AM PST

TANJUNGPINANG, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan meresmikan pembangunan kawasan wisata terpadu Treasure Bay di Lagoi, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau pada 26 Februari 2011.

Kepala Negara akan mengunjungi Lagoi setelah meresmikan program Kepri 2011 mengenai pengentasan warga dari kemiskinan di Gedung Daerah Tanjungpinang, kata Kepala BP Kawasan Bintan Wilayah Bintan Mardhiah, Selasa, di Tanjungpinang.

"Treasure Bay dibangun secara bertahap oleh konsorsium dari Malaysia (Landmark Holding Sdn Bhd) dengan nilai investasi sekitar Rp24 triliun," ujar Mardhiah yang juga Kepala Badan Promosi, Investasi dan Pelayanan Perizinan Terpadu Bintan.

Pembangunan kawasan wisata terpadu Treasure Bay mulai dilakukan pada tahun ini. Pihak Treasure Bay akan membangun marina, ruang terbuka hijau, resort dan kawasan hunian. "Investor asal Malaysia tersebut memiliki komitmen untuk terus mengembangkan usahanya," ujarnya.

Hasil pembangunan Treasure Bay Resort oleh Landmark Holding akan meramaikan persaingan bisnis perhotelan di kawasan wisata Lagoi, Kabupaten Bintan. Di dalam area resor akan dibangun lima hotel berbintang enam.

Investasi di sektor pariwisata di Bintan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pengentasan dari pengangguran dan peningkatan mutu pendidikan.  "Jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi Lagoi terbanyak ketiga di Indonesia. Tahun 2010 jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Lagoi sebanyak 42.331 orang," katanya.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Collateral Damage - WikiLeaks In The Crosshairs.

Memancing Investor Properti Membangun di Tepi Sungai Musi

Posted: 23 Feb 2011 12:01 AM PST

oleh Robert Adhi Kusumaputra

Ketika bertemu Wali Kota Palembang Eddy Santana Putra pekan lalu, saya terkesan dengan program Musi River Side Development yang dikembangkan Pemerintah Kota Palembang. Membangun kawasan pedestrian sejauh 20 kilometer di sepanjang tepi Sungai Musi yang masuk wilayah Kota Palembang? Wow, ini program kota yang harus didukung penuh.

Saat ini Pak Wali Kota sudah membangun kawasan pedestrian sepanjang 2 km di daerah ilir dan 1 km di daerah ulu. Lalu kapan dan bagaimana dengan daerah lainnya? Pak Eddy Santana mengatakan pihaknya membutuhkan anggaran yang relatif besar, termasuk APBN, untuk bisa mewujudkan cita-cita itu. Bersama DPRD setempat, Pak Eddy berharap diterbitkan peraturan daerah yang mengatur program ini, sehingga siapa pun yang menjabat Wali Kota Palembang, tetap melanjutkan program ini.

Pada malam hari di Palembang, saya sempat menikmati keindahan Jembatan Ampera yang dibaluti lampu yang berkelap-kelip. Jembatan yang membentang di atas Sungai Musi ini merupakan hasil pampasan perang Jepang dan kini tetap jadi ikon kota Palembang. Pada malam itu, saya berdiri di restoran River Side yang dibangun di tepi Sungai Musi, saya menikmati kelap kelip lampu di Jembatan Ampera.

Restoran terapung seluas 1.500 meter persegi ini dibangun tahun 2008 ketika program pariwisata Visit Musi Year diluncurkan. Resto ini diminati masyarakat Palembang. Bila ada tamu dari luar kota, mereka diajak menikmati malam di tepi sungai sambil menikmati hidangan. Resto itu memang pas untuk masyarakat Palembang.

Tapi sesungguhnya tepian Sungai Musi masih bisa dimaksimalkan. Saya lalu membayangkan betapa asyiknya menghabiskan malam di resto-resto di tepi sungai, seperti di Clarke Quay dan Boat Quay di tepi Sungai Singapura. Anak-anak muda menikmati hari di kafe, resto, klub gaya hidup, meneguk kopi, menyeruput jus, dan menghabiskan malam di sana. Di tepi Sungai Singapura juga berdiri banyak gedung-gedung perkantoran, hotel, pusat gaya hidup.

Tepian sungai memang magnet bagi pebisnis di kota mana pun di dunia. Air memang acap dianggap sebagai sumber hoki dan rezeki. Tidaklah heran jika banyak investor berminat membangun pusat bisnis di tepi sungai.

Di Shanghai, China, misalnya, kita lihat banyak gedung dibangun di tepi sungai. Dan kita juga bisa berjalan kaki di kawasan pedestrian The Bund dan menikmati Sungai Huangpu. The Bund sudah dikenal sejak tahun 1920-an, dan kawasan tepi sungai ini baru saja direnovasi menjelang Shanghai Expo 2010 lalu. Banyak orang lanjut usia Shanghai bernostalgia di The Bund karena mereka ingat masa pacaran di sana.

Kini The Bund menjadi salah satu ikon wisata Kota Shanghai. Keindahan dedung-gedung tua yang dibangun pada abad ke-20 tetap dapat dinikmati. Jutaan turis mendatangi The Bund dan menikmati tepian Sungai Huangpu, saksi bisu bagaimana Dinasti Song berada di wilayah ini pada abad ke-11.

Palembang pun sesungguhnya menyimpan sejarah panjang. Kerajaan Sriwijaya yang terkenal hingga ke negeri China, diyakini berlokasi di Palembang. Sungai Musi dan Pulau Kemaro juga saksi bisu bagaimana Sriwijaya menjadi kerajaan yang disegani.

Pada masa kini, Palembang berkilau setelah sukses menjadi tuan rumah PON tahun 2004. Keberhasilan Kota Palembang diuji lagi pada bulan November 2011 mendatang, di mana Palembang akan menjadi tuan rumah pembukaan dan penutupan pesta olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara atau SEA Games. Perhelatan akbar olahraga se-Asia Tenggara ini seakan mengulang lagi kejayaan Sriwijaya berabad-abad silam di mana banyak saudagar dan utusan kerajaan lain datang ke daerah ini.

Sejak PON 2004, Palembang memang berkembang pesat, termasuk sektor properti. Wali Kota Eddy Santana Putra aktif mengajak investor menanamkan modalnya di kota berpenduduk 1,7 juta jiwa ini. Eddy berhasil mengajak pengembang terkemuka, Ciputra membangun Citra Grand City di daerah Alang-alang Lebar, sekitar 12 km dari pusat kota.

Eddy bercerita, setelah tiga kali mengundang Ciputra, akhirnya pengembang kondang itu mau masuk Palembang. Ternyata Ciputra pun terkaget-kaget dengan respon. Bayangkan, rumah-rumah seharga Rp 2 miliar sampai Rp 4 miliar pun terjual habis! Direktur Bank Sumsel Babel Asfan Sukri Sanaf berpendapat sektor properti di daerah ini menyimpan potensi besar. Pengembang yang jeli mendapatkan lokasi terbaik, seperti Grup Ciputra, akan berhasil.

Sukses Palembang menggaet investor besar, kata dosen Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya Palembang, DR Hanafiah, terkait dengan keberhasilan Wali Kota Eddy Santana membuat investor nyaman berinvestasi dengan layanan satu pintu.

Nah, kembali ke ide Pak Eddy Santana membangun kawasan pedestrian di sepanjang tepi Sungai Musi di Kota Palembang. Program Musi River Side Development ini sangat layak didukung dan direalisasikan. Jika ini terwujud, Palembang pasti makin berkilau. Investor properti, termasuk perhotelan dan restoran, akan berbondong-bondong datang ke Palembang.

Mungkin kita bisa bermimpi suatu hari tepian Sungai Musi bisa seperti Clarke Quay atau Boat Quay Singapura, dan kawasan pedestriannya bisa seperti The Bund Shanghai. Mengapa tidak?

*) Robert Adhi Kusumaputra, editor kanal Properti.Kompas.com

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read our FAQ page at fivefilters.org/content-only/faq.php
Five Filters featured article: Collateral Damage - WikiLeaks In The Crosshairs.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar